Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (12): Hidup dengan Kartu Sakti Kela

Berfoto di Soumenlinna Island, salah satu objek wisata di Helsinki.--Mushonnifun Faiz S
HARIAN DISWAY - Dengan Kela, Finlandia memberikan jaminan sosial terhadap warganya. Ada tunjangan rumah, tunjangan anak, tunjangan untuk istri yang mengasuh anak, paid parental leave hingga 320 hari kerja, paid paternity and maternity living, bahkan unemployment benefit.
Itulah alasan saya memilih Finlandia. Jaminan sosial dan kesehatan yang baik dan diakses gratis. Saat mencari S3 dahulu, saya membandingkan dengan negara-negara populer tujuan orang Indonesia kebanyakan.
Misalnya UK yang harus membayar Immigration Health Surcharge (IHS) atau asuransi kesehatan sebagai bagian dari aplikasi visa sebesar £776 per orang per tahun. Jadi, untuk S3 yang memakan waktu empat tahun, per orang membayar £3104 atau sekitar hampir Rp 70 juta yang harus dibayarkan di awal untuk mendapatkan visa.
Bersama istri dan anak, seusai menonton pertandingan final bulutangkis, Artic Open 2024, untuk mendukung Jonathan Christie.--Mushonnifun Faiz S
BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (8): Adaptasi ala Negara Nordik
Bayangkan jika saya yang membawa istri dan satu anak, maka saya harus merogoh kocek sebesar Rp 210 juta hanya untuk asuransi kesehatan. Belum uang yang mengendap di rekening, asuransi dan deposit rumah, serta tiket pesawat dan aplikasi visa. Sehingga modal awal berangkat ke UK bisa sampai Rp 400 juta.
Sementara Australia juga begitu. Biaya Overseas Student Health Cover (OSHC) untuk durasi empat tahun atau 48 bulan S3 di Australia. Per 1 April 2025 ini untuk multi family malah lebih mahal. Lebih dari dua orang anggota keluarga mencapai 37,612 dolar Australia atau hampir Rp 400 juta.
Itu belum termasuk biaya lainnya. Sehingga modal berangkat ke Australia untuk saya bisa mencapai Rp 700 juta. Tapi tentu saja fasilitas kesehatan baik UK maupun Australia sangatlah baik berdasarkan testimoni teman-teman saya di sana.
Bagaimana dengan Finlandia? Saya membayar 0 rupiah untuk dapat mengakses semua fasilitas kesehatan. Kuncinya adalah Finnish ID Number untuk mengurus pembuatan kartu Kela.
Lantas, apa saja benefit-nya? Pertama, kesehatan. Untuk anak, ada cek kesehatan, imunisasi, dan cek gigi sampai usia 16 tahun. Karena kami dari negara tropis, cek yang dilakukan untuk anak saya banyak sekali. Bahkan direkomendasikan menjalani salah satu tes DNA. Di Indonesia biayanya belasan atau puluhan juta, tapi di sini gratis.
BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (9): Enaknya Kuliah PhD di Hanken
Sementara untuk beberapa case, ada yang harus membayar. Tapi dari Kela menerapkan”cap maksimum” dalam setahun. Jika menggunakan fasilitas kesehatan publik, sekitar 762 Euro atau sekitar Rp 15 juta.
Itu biaya kesehatan maksimal yang keluar dalam setahun jika harus merogoh dari kantong pribadi. Jika lebih dari itu, maka sisanya ditanggung Kela. Sejauh ini, saya dan istri beberapa kali menggunakan layanan kesehatan publik tapi tidak pernah diminta membayar alias.
Yang kedua, benefit untuk keluarga. Saat kali pertama datang ke Finlandia, anak saya yang masih berusia 2 tahun belum mendapatkan kursi untuk daycare. Karena saya baru mendaftar dengan masa tunggu sekitar 4 bulan, selama istri saya mengasuh anak di rumah, maka kami mendapat benefit childcare allowance sekitar 377,68 Euro atau sekitar Rp 7,1 juta per bulan (sebelum pajak). Bayangkan dia digaji negara untuk mengasuh anak di rumah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: