Rekaman Telepon PM Thailand: Tokoh Kamboja dipanggil 'Paman', Jenderal Sendiri disebut 'Lawan'

Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra terlihat mengikuti forum bisnis bersama Perdana Menteri Vietnam di Hanoi pada 16 Mei 2025. -Nhac Nguyen/AFP-
JAKARTA, HARIAN DISWAY - Ketegangan politik di Thailand kembali memuncak setelah rekaman percakapan telepon antara Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra dan mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, bocor ke publik. Rekaman berdurasi 17 menit itu memicu gelombang demonstrasi besar-besaran di Bangkok.
Percakapan yang semula bersifat diplomatik ini dimaksudkan untuk meredakan konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Namun, isi percakapan yang dinilai melemahkan wibawa militer Thailand menjadi bumerang bagi perdana menteri muda berusia 38 tahun tersebut.
Dalam rekaman yang pertama kali diunggah Hun Sen melalui laman Facebook pribadinya, Paetongtarn terdengar menyebut mantan pemimpin Kamboja itu sebagai “paman”, dan mengatakan, “kalau ada yang Anda butuhkan, beri tahu saja, saya akan mengurusnya.”
BACA JUGA:Unjuk Rasa di Bangkok Desak PM Paetongtarn Mundur, Percakapan dengan Eks PM Kamboja Bocor
Yang paling menuai kritikan adalah saat ia menggambarkan seorang komandan militer Thailand yang bertanggung jawab atas wilayah konflik sebagai “lawan”, dan menyindir bahwa komandan tersebut “hanya ingin terlihat tangguh”.
Hun Sen sendiri mengaku merekam percakapan itu untuk menghindari kesalahpahaman. Ia mengklaim telah membagikan rekaman lengkapnya ke setidaknya 80 orang sebelum mempublikasikannya secara luas menyusul bocornya versi pendek pada Rabu, 18 Juni 2025.
Bagi banyak warga Thailand, isi rekaman tersebut dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap militer nasional dan sinyal bahwa Paetongtarn terlalu akomodatif terhadap negara tetangga.
BACA JUGA:Indonesia Dukung Penuh Upaya Thailand Gabung BRICS
Salah satu partai koalisi utamanya, Partai Bhumjaithai, langsung menarik dukungan pada pemerintah, dengan alasan pernyataan dalam rekaman menunjukkan lemahnya kepemimpinan dan ancaman terhadap kedaulatan nasional.
Akibatnya, posisi Paetongtarn di parlemen kini goyah. Mosi tidak percaya diperkirakan akan diajukan dalam sidang legislatif pekan depan. Mahkamah Konstitusi juga tengah mempertimbangkan petisi pemakzulan yang diajukan oleh kelompok senator atas dugaan pelanggaran etika dan profesionalisme dalam hubungan luar negeri.
Sementara itu, dilansir dari AFP, sekitar 4.000 demonstran memadati kawasan Monumen Kemenangan di Bangkok pada Sabtu, 28 Juni 2025, menuntut Paetongtarn mundur. Aksi yang dipimpin oleh aktivis senior gerakan "Baju Kuning" ini menjadi unjuk rasa terbesar sejak Pheu Thai kembali berkuasa pada 2023.
“Saya tidak bisa mempercayainya lagi setelah mendengar rekaman itu,” ujar Seri Sawangmue, 70 tahun, yang datang dari wilayah utara Thailand. “Dia merendahkan tentara kita dan tampak seperti bawahan Hun Sen.”
Pihak berwenang melaporkan bahwa lebih dari 1.000 polisi dan 100 petugas kota dikerahkan untuk menjaga ketertiban dalam aksi damai tersebut yang berlangsung hingga sore hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: afp news agency