Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (17): Nasywa Nyaman di Public Daycare

Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (17): Nasywa Nyaman di Public Daycare

Kegiatan anak-anak dalam daycare trip di musim dingin yang dilakukan di salah satu taman di Kota Helsinki.--Mushonnifun Faiz S

Selama trip, banyak nilai yang diajarkan. Misalnya cara menyeberang jalan sendiri dengan mengenal traffic light, berjalan di area pejalan kaki, bergandengan tangan satu sama lain, serta berjalan kaki sendiri karena anak-anak tak akan digendong. 

Pendidikan usia dini di Finlandia menekankan pada life skill instead of academic skill. Ah, saya masih ingat dulu ketika TK dan SD saat mau trip saja di Indonesia harus membayar, direncanakan oleh guru ke sebuah tempat, men-carter bus, dan berbagai persiapan yang cukup ribet. Sementara di Finlandia, ekosistem untuk study trip sangat mendukung, gratis, dan diakses dengan berjalan dan transportasi publik.


Contoh menu non-vegan, termasuk dengan kandungan gizi dan ingredients yang bisa diakses di website pemerintah Kota Helsinki.--Mushonnifun Faiz S

BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (14): Asyik Beraktivitas di Oodi Ditemani Tatu, Patu, dan Veera

Aktivitas Nasywa di daycare diawali pukul 7.30. Pukul 8.00 watunya sarapan. Dilanjutkan 08.25 sarapan selesai dan bersiap untuk aktivitas outdoor atau semacam gym di indoor. Sekitar pukul 10.30 makan siang setelah energi habis dalam aktivitas sebelumnya. 

Seusai kenyang, pukul 11.15 tidur siang sampai pukul 13.00. Ada aktivitas lagi, entah itu melukis, bermain, bercerita, atau yang lainnya. Pukul 14.00 waktunya snack time. Bisa berupa roti, biskuit, buah. 

Selanjutnya pukul 15.00 beraktivitas outdoor sampai sekitar pukul 16.00 pas daycare selesai dan tutup jam 17.00. Ketika beraktivitas outdoor itulah kami menjemputnya untuk pulang.

Bagaimana dengan makan siang bergizi gratis? Semua menu daycare dan anak sekolah bisa diakses di website pemerintah Kota Kelsinki. Menu mengakomodasi berbagai concern makanan, misal aspek halal, vegetarian, vegan, termasuk alergi-alergi tertentu seperti kacang, laktosa, dan seterusnya.

Kita juga bisa melihat menu yang terencana selama setiap musim. Dari minggu awal hingga minggu terakhir masuk daycare. Kita bisa kandungan gizi dalam menu tersebut, ingredients, semuanya sangat transparan. 

Jika pada hari itu anak tidak masuk atau tidak ikut makan siang, misal dijemput lebih awal, maka pagi harinya kami harus cepat menginformasikan untuk meminimalisasi food waste.

Kami memilih public daycare dengan beberapa pertimbangan. Yakni lokasi yang sangat dekat dari rumah serta biaya yang gratis karena disubsidi penuh oleh pemerintah. Bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Finlandia. 

Di usianya yang menginjak 2.5 tahun, Nasywa, anak kami begitu cepat belajar. Walau seminggu awal butuh penyesuaian. Ia masih menangis saat kami tinggal. Tapi setelah sebulan dia sudah benar-benar terintegrasi dan berteman dengan lainnya. 

BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (16): Hidup Slow Living dan Peacefulness

Bahkan saat baru dua minggu di daycare, dia sudah hafal beberapa lagu dalam bahasa Finlandia. Sekarang setelah 5 bulan, dia bisa bercakap-cakap dalam bahasa Finlandia loh.

Saya masih ingat beberapa waktu lalu mengundang Anna Aminoff -supervisor- untuk makan malam di rumah. Dia sempat bermain dan membacakan buku cerita untuk Nasywa. Ternyata mereka berdua full berbicara dengan bahasa Finnish loh. Sementara saya dan istri tak terlalu mengerti. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: