Dua Pukulan Klan Shinawatra di Kancah Politik Thailand: PM Paetongtarn Dibekukan, Thaksin Diadili

Dua Pukulan Klan Shinawatra di Kancah Politik Thailand: PM Paetongtarn Dibekukan, Thaksin Diadili

TIGA KLAN SHINAWATRA yang pernah menjabat perdana menteri Thailand. Dari kiri, Thaksin, Paetongtarn, dan Yingluck.-AGENCE FRANCE-PRESSE-

Koalisi pemerintahan pun mulai rapuh. Sebuah partai konservatif menarik diri. Artinya, stabilitas politik pemerintahan Pheu Thai yang sejak awal penuh kompromi kian rapuh. Padahal, di antara koalisi itu ada partai-partai pro-militer yang dulu menjadi musuh politik utama klan Shinawatra.

BACA JUGA:Wisman ke Jatim Tembus 54 Ribu, Thailand Masuk Empat Besar, Pemprov Optimistis Rute Surabaya-Bangkok Dongkrak Kunjungan

BACA JUGA:Sinopsis Serial Thailand Mad Unicorn, Gambaran Nyata Sulitnya Bikin Startup Ada di Netflix

Di momen yang sama. Thaksin Shinawatra hadir di Pengadilan Kriminal Bangkok. Ia didakwa melanggar hukum lese majeste, aturan keras yang melarang penghinaan terhadap raja. Tuduhan itu berasal dari wawancaranya dengan media Korea Selatan pada 2015. Jika terbukti bersalah, Thaksin menghadapi ancaman hukuman penjara hingga 15 tahun.

Proses hukum itu menambah tekanan terhadap klan Shinawatra. Selama dua dekade ini, klan tersebut selalu berada pada kondisi tarik-menarik antara kekuatan elektoral dan kekuasaan institusional.

Sejak kudeta terhadap Thaksin pada 2006 dan terhadap Yingluck pada 2014, keluarga itu kerap “digulingkan” melalui jalur hukum dan militer meski terus memenangi pemilu.

Pakar politik Thailand, Thitinan Pongsudhirak, menyebut bahwa kasus Paetongtarn dan sidang Thaksin punya keterkaitan erat. Itu tanda bahwa citra politik keluarga Shinawatra mengalami situasi kritis.

BACA JUGA:Indonesia–Thailand Perkuat Kerja Sama di Berbagai Bidang, Nilai Perdagangan 18 Miliar Dolar Akan Ditingkatkan Lagi

BACA JUGA:Piala Sudirman 2025: Rebut Juara Grup D, Indonesia Hadapi Thailand di Perempat Final

Meski begitu, di luar pengadilan, pendukung Thaksin masih menunjukkan loyalitas. “Saya datang karena ketidakadilan yang dialami beliau selama bertahun-tahun,” kata Wanlee Iamcharat. Perempuan 79 tahun itu adalah pensiunan terapis kebugaran. “Saya yakin dia tidak bersalah,” tegasnya.

Kebangkitan Paetongtarn dalam dunia politik sempat dipuji. Perempuan ayu itu dipandang bisa menyegarkan citra Pheu Thai yang dianggap semakin tua dan kaku. Dengan gaya kampanye yang energik, bahkan saat tengah hamil besar, Paetongtarn berusaha tampil sebagai sosok muda yang membawa semangat baru.

Namun dalam banyak hal, ia tak pernah benar-benar lepas dari bayang-bayang ayahnya. Di masa lalu, ia menyebut dirinya masih sebagai “putri kecil” Thaksin. Paetongtarn juga mengaku mendapat kekuatan dari dukungan sang ayah.


PAETONGTARN SHINAWATRA ketika berkampanye di Bangkok, 12 Mei 2023. Putri bungsu Thaksin itu dinilai bisa memperbaiki citra klan Shinawatra dan koalisi Pheu Thai.-MANAN VATSYAYANA-AFP-

Kedekatan itu menjadi paradoks. Di satu sisi menjadi kekuatan elektoral; di sisi lain justru menjadi titik lemah yang terus dimanfaatkan lawan politik untuk mempertanyakan kemandiriannya.

Kini, dengan jabatan yang dibekukan dan ayah yang kembali diadili, masa depan politik Paetongtarn—dan dinasti Shinawatra secara keseluruhan—terlihat semakin tidak pasti. Apakah ini akan menjadi babak akhir dari dominasi politik keluarga ini? Atau justru membuka peluang lahirnya versi baru dari strategi bertahan mereka yang selama ini terbukti tangguh? (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: