Cara Pakai ChatGPT Biar Produktivitas Meningkat (Tanpa Overreliance)

Cara Pakai ChatGPT Biar Produktivitas Meningkat (Tanpa Overreliance)

ChatGPT dapat menjadi alat bantu yang sangat bermanfaat jika digunakan dengan bijak dan proporsional. --Pinterest


gunakan ChatGPT sebagai asisten, bukan pengganti. --Pixabay

BACA JUGA: 5 Alasan Utama Gen Z Mengandalkan ChatGPT untuk Curhat

Keempat :  gunakan untuk memperkaya perspektif. ChatGPT bisa diajak berdiskusi tentang ide, membuat simulasi sudut pandang, atau memberi daftar referensi yang bisa kamu telusuri sendiri. Namun, hasil akhirnya tetap perlu disaring dengan sudut pandang pribadi.

Kecanggihan AI memang menggoda untuk diandalkan terus-menerus. Namun, menurut Forbes (2023), terlalu sering menggunakan AI dalam pekerjaan kreatif dapat menurunkan kemampuan orisinal seseorang, bahkan memicu krisis identitas profesional.

Hal ini juga diamini oleh pakar pendidikan Universitas Gadjah Mada, Dr. Retno Indah, yang menyebutkan bahwa pemanfaatan AI perlu dibarengi dengan keterampilan reflektif dan evaluatif agar tidak menumpulkan intuisi berpikir manusia.

BACA JUGA: OpenAI Luncurkan DeepResearch, Lengkapi ChatGPT untuk Melawan DeepSeek

Selain itu, ada potensi bahaya lain seperti plagiarisme, khususnya jika tulisan dari ChatGPT disalin tanpa penyuntingan. Ini bisa mencederai etika akademik maupun profesional, karena tidak semua hasil AI bersifat unik. Maka dari itu, penting untuk selalu merevisi, mengadaptasi, dan menyisipkan ciri khas sendiri dalam setiap karya yang dihasilkan.

ChatGPT dapat menjadi alat bantu yang sangat bermanfaat jika digunakan dengan bijak dan proporsional. Dalam dunia yang bergerak cepat, teknologi memang memberi kecepatan dan efisiensi.

Namun, esensi dari produktivitas tetap terletak pada kemampuan manusia dalam mengolah, memutuskan, dan bertanggung jawab atas hasilnya.

BACA JUGA: ChatGPT Mengalami Gangguan, Ini Penjelasan OpenAI

Memaksimalkan potensi diri dengan bantuan teknologi bukanlah hal yang salah. Asalkan tetap menjaga kendali dan tidak menyerahkan segalanya pada mesin, maka produktivitas yang sehat dan berkelanjutan bisa dicapai tanpa kehilangan arah maupun jati diri. (*)

*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: