Suatu Hari… di Jawa Pos

Suatu Hari… di Jawa Pos

ILUSTRASI Suatu Hari... di Jawa Pos. Tidak pantas orang Jawa Pos memolisikan Dahlan Iskan yang membesarkannya. Jawa Pos adalah Dahlan Iskan.-Devona Vaiya Harian Disway-

”Saya wartawan Republik Indonesia. Saya melaksanakan tugas negara ke sini. Bukan cari masalah.”

Ternyata mata pemuda itu meredup. Pelan-pelan. Gesturnya berubah, tidak lagi mengancam. Mungkin, karena tambahan kata-kata ”Republik Indonesia” itu, ia jadi redup. 

Mungkin, ia terbayang kata ”Angkatan Bersenjata Republik Indonesia” (waktu itu, ABRI). Mungkin, ia anggap dua hal itu beda-beda tipis. Mungkin.

Tapi, ia tampak masih emosional. ”Kami di sini tidak tahu alamat barunya,” ujarnya, sambil menjauh.

Saya terus menggali. Berakrab-akrab dengan para pemuda itu. Tapi, nihil. Mereka semua takut kepada pemuda yang pergi tadi. Saya pun mencari cara lain.

Singkat cerita, saya sukses tugas. Target tercapai. Lengkap, 5W plus 1H di tiap detail. Juga, pastinya 5W plus 1H di struktur cerita. 

Tiba di kantor Jawa Pos, Jalan Kembang Jepun 167, saya langsung dicegat Dahlan. Di ujung tangga yang menuju ruang redaksi. Ia tidak cuma menunggu saya, tapi juga menunggu semua wartawan Jawa Pos lainnya yang baru tiba di kantor.

Dahlan ke saya cuma berucap satu kata: ”Bagaimana?”  

”Beres dan lengkap, Pak,” jawab saya.

Dahlan tersenyum lebar. Ia menepuk-nepuk pundak saya. Kemudian, ia berteriak kepada puluhan wartawan dan redaktur di ruang redaksi yang terbuka tanpa sekat itu: ”Pengumuman… Headline sedang diketik DWO.” DWO adalah kode jurnalistik saya.

Tulisan ini bukan tentang bagaimana cara saya meliput berita. Bukan. Melainkan, tentang isi koran Jawa Pos di zaman itu. Dan, siapa yang memimpin. Serta, bagaimana cara kepemimpinannya.

Anda sudah baca, koran Jawa Pos sebelum tahun 1982 tidak laku. Dibagikan gratis oleh asongan di perempatan jalan-jalan di Surabaya yang panas pun, orang tidak mau mengambil. Ada pemotor yang mengambil, lalu dibuang lagi. Mengotori jalanan.

Sejak 1982 koran itu dibeli PT Grafiti Pers (pemilik majalah Tempo). Dahlan Iskan yang semula wartawan Tempo dengan jabatan kepala Biro Jatim ditunjuk sebagai pemimpin redaksi Jawa Pos. 

Dahlan memimpin dengan cara tersebut di atas. Hasilnya luar biasa. Ketika koran-koran memuat berita kriminal dari rilis polisi, Jawa Pos melakukan riset kriminologi. Riset dilakukan dalam beberapa jam.

Itu baru di satu berita. Padahal, setiap hari ada puluhan berita. Kualitas puluhan berita itu setara dengan berita yang ditugaskan ke saya. Semua atas penugasan dari Dahlan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: