Suami Bunuh Mantan Istri yang Ditelepon Pria Lain: Delapan Tahap Pembunuh

Suami Bunuh Mantan Istri yang Ditelepon Pria Lain: Delapan Tahap Pembunuh-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Kalaupun sudah tiba dan urutan kejadian sesuai dengan teori Smith itu, kondisi akan menuju ke tahap ketujuh, pelaku merencanakan pembunuhan. Sampai di sini sudah kritis.
Itu cuma teori. Meski hasil riset. Sayang, ketika pasangan mengalami kondisi keguncangan hubungan dan menuju retak, para pihak dalam kondisi sangat gelisah dan panik. Gelisah campur sedih. Sebab, hubungan bakal segera berakhir. Panik, sebenarnya calon korban tidak ingin berpisah, tapi keadaan memaksa untuk berpisah.
Di saat itu orang sulit bekonsentrasi berpikir jernih. Kepanikan memburamkan logika. Semuanya gelap.
Di kasus Karimun, korban terlalu sembrono. Dia menerima tawaran bertemu. Padahal, sesuai teori Smith, pada saat itu kondisi mereka berada di tahap ketujuh. Pelaku sedang mencari peluang. Terbukti, pelaku sudah membawa pisau dari rumah dan menjemput korban di titik ”gelap”.
Kesembronoan korban mungkin karena usia terlalu muda, menjadi janda. Belum matang berpikir. Mungkin dia masih berharap, melalui dialog, kondisi bakal kembali seperti dulu lagi. Tapi, harapan itu kontradiktif dengan dia menerima telepon. Berarti, dia berpikir mendua. Terjebak dalam dilema.
Pelajaran di kasus tersebut bisa positif, bisa juga negatif. Positif, sebagai analisis agar kita tidak jadi pelaku atau korban pembunuhan. Negatif, kewaspadaan berlebihan terhadap kondisi suatu hubungan asmara bisa menakutkan. Jadi tidak happy. Padahal, hubungan asmara seharusnya menggembirakan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: