Melihat Abadinya Masa Silam dalam Kota Modern Tiongkok

JALUR SUNGAI yang menjadi penanda khas di kawasan bersejarah Anchang, Shaoxing, Provinsi Zhejiang. Kawasan itu masih lestari di tengah kemajuan modern Tiongkok.-XINHUA-
Harus diakui, kota-kota di Tiongkok melesat cepat menuju masa depan. Tetapi, di sudut-sudut sunyinya, masih hidup jejak budaya masa silam yang abadi. Harmonis.
“Tempat ini harus dilestarikan dalam bentuk dan esensi aslinya,” ujar Xi Jinping pada 2003. Kala itu, presiden Tiongkok itu masih menjabat sebagai sekretaris Komite Provinsi Zhejiang Partai Komunis Tiongkok.
Pernyataan itu tidak lahir tanpa alasan. Awalnya adalah keresahan. Juga kesadaran. Sebab, Shaoxing, kota yang kaya akan warisan budaya dan jejak intelektual, mulai digerogoti oleh arus modernisasi yang tak henti menerjang.
Sesungguhnya, kecemasan semacam itu tak hanya muncul di Shaoxing, kota yang berada di provinsi Zhejiang. Banyak kota lain di Tiongkok juga bergulat dengan ancaman serupa sejak awal tahun 2000-an. Namun, Shaoxing memanggul warisan sejarah yang tak mudah dibandingkan dengan kota-kota lainnya.
BACA JUGA:Busana Qipao Gaya Shanghai Kembali Bersinar Berkat Desainer Muda Tiongkok
BACA JUGA:Tiongkok Ajak Dunia Waspada AI
Jejak Dinasti Song (960–1279) masih hidup di antara batu dan aliran air kota itu. Di kawasan Cangqiao Zhijie, gang-gang sempit mengular di antara rumah-rumah bergaya Jiangnan yang telah berusia ratusan tahun. Dindingnya terbuat dari bata abu-abu dan kayu tua, dengan jendela berjeruji yang menghadap ke kanal-kanal kecil yang mengalir tenang.
Kanal-kanal itu dulunya menjadi jalur distribusi air dan barang. Hingga kini masih digunakan oleh perahu-perahu kecil yang membawa hasil panen lokal atau sekadar mengantar wisatawan. Jalan sepanjang 1.500 meter itu telah mengalami restorasi sejak 1990-an dan kini menjadi situs warisan budaya yang diakui UNESCO.
Di beberapa sudut, toko-toko kecil menjual anggur beras kuning khas Shaoxing. Warga lokal duduk di bangku kayu. Berbincang dalam dialek yang khas.
Dari deskripsi itu saja, kita tahu Shaoxing bukan kota mati. Di antara tembok-tembok tua itu, lebih dari 840 keluarga menetap di rumah-rumah warisan mereka. Mereka bukan sekadar penghuni. Tapi penjaga kenangan.
KERUMUNAN TURIS di kawasan Cangqiao Zhijie, Shaoxing, Tiongkok. Nuansa masa silam di kota itu diabadikan dengan baik. -XINHUA-
Anda sudah tahu, kalimat sederhana Xi Jinping menyuarakan harapannya agar identitas kota tua itu tak hilang tertelan arus modern.
Harapan itu bukan sekadar pernyataan formalitas. Xi juga mengambil langkah nyata.
Dalam kunjungannya di Zhejiang pada 2003, ia meninjau taman budaya kanal, mempelajari sejarah Kanal Besar, dan mendorong pembangunan taman budaya nasional yang tak hanya menampilkan artefak, tapi juga menyimpan napas komunitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: