Melihat Abadinya Masa Silam dalam Kota Modern Tiongkok

JALUR SUNGAI yang menjadi penanda khas di kawasan bersejarah Anchang, Shaoxing, Provinsi Zhejiang. Kawasan itu masih lestari di tengah kemajuan modern Tiongkok.-XINHUA-
Xi juga mengunjungi ruang pameran yang menampilkan model Fengqiao, sebuah pendekatan tata kelola berbasis komunitas yang menekankan penyelesaian sengketa secara lokal dan partisipatif.
BACA JUGA:Bedah Buku 75 Tahun Indonesia–Tiongkok, KOPRI: Perempuan Harus Paham Geopolitik
Bagi Xi, pelestarian bukan proyek sepele, melainkan komitmen. Ia ingin agar kota seperti Shaoxing tetap menjadi tempat di mana masa lalu tidak dikurung dalam museum. Tapi bisa hidup berdampingan dengan masa kini.
Xi pun menitipkan prinsip: warisan bukan untuk dikenang semata, tapi untuk dijaga bersama.
Prinsip itu kemudian menjadi acuan di berbagai penjuru Zhejiang. Kota-kota lain mulai menata ulang kawasan bersejarah mereka. Caranya lebih berhati-hati. Lebih berpihak pada keseimbangan antara masa lalu dan masa kini.
Usaha Xi tak sia-sia. Tak cuma diakui oleh UNESCO, menjelang penghujung 2024, Zhejiang menorehkan capaian sebagai provinsi dengan 20 kota budaya dan lebih dari 11 ribu bangunan bersejarah.
Mungkin memang sudah jadi panggilannya, Xi sendiri punya riwayat panjang melestarikan kota-kota di Tiongkok. Salah satunya adalah kota Fuzhou, ibu kota Fujian.
MENIKMATI HIDANGAN, dua wisatawan lokal ini makan di tepi kanal yang hingga kini masih menjadi jalur transportasi di kawasan bersejarah Shaoxing, Provinsi Zhejiang, Tiongkok.-XINHUA-
Saat itu, Xi Jinping baru saja menjabat sebagai sekretaris Partai di Fuzhou. Tetapi ketika kabar tentang rencana pembongkaran salah satu situs bersejarah sampai kepadanya, ia tak menunggu laporan resmi atau prosedur panjang. Ia melangkah langsung ke lokasi.
Di lingkungan tua itu, Xi tidak banyak bicara. Situasi langsung berubah. Instruksi penghentian pembongkaran pun keluar. Kawasan itu, beserta pemukiman yang mengelilinginya, dipulihkan dan diberi perlindungan penuh.
Xi memperjuangkan kota Fuzhou selama 17 tahun lamanya, ungkap seorang peneliti madya di Akademi Ilmu Sosial Fujian bernama Liu Guiru.
Menurutnya, kerja keras Xi merupakan sebuah ziarah panjang yang menorehkan kontribusi bersejarah dalam pelestarian warisan budaya.
Kini, lebih dari dua dekade kemudian, China Daily edisi 1 Agustus 2025 mengutip kembali pernyataan Xi Jinping. Pelestarian masih relevan. Di tengah lanskap urban yang kian seragam dan pembangunan yang terus bergulir tanpa jeda, suara tentang revitalisasi daerah bersejarah jadi kebutuhan nyata.
BACA JUGA:Megadam Tiongkok Bakal Jadi PLTA Terbesar Sejagat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: