Azrul Ananda Kupas Konsep 'DBL Way' di Ideafest Surabaya 2025

Azrul Ananda membagikan kisah "DBL Way" di Ideafest Surabaya 2025.-Subastian Salim-HARIAN DISWAY
Lebih dari 1.000 tim basket sekolah dari 217 kota/kabupaten di 31 kota dan 22 provinsi ambil bagian dalam kompetisi ini, dengan jumlah penonton mencapai 1,1 juta orang per musim.
BACA JUGA:Kemenangan Berharga DBL All-Star 2025 Kontra Perbanas Jelang Berangkat ke Amerika Serikat
BACA JUGA:Nostalgia Kenneth Leebron Hadapi Senior di Laga Uji Coba DBL All-Star 2025
Dari Komunitas ke Ekosistem Bisnis
Sebelum Azrul tampil, Masany Audri lebih dulu membagikan kisah transformasi DBL dari sudut pandang komunitas dalam sesi panel berjudul "DBL: Turning Communities into a Business Ecosystem".
Ia menjelaskan bahwa DBL bukan dimulai dari olahraga, melainkan dari komunitas anak muda bernama Deteksi, yang awalnya dibentuk untuk meregenerasi pembaca koran. Dari komunitas itulah lahir ide event-event kecil, termasuk turnamen basket yang kemudian menjadi cikal bakal DBL.
“Kita tidak bisa membangun komunitas dengan pendekatan top-down. Harus bottom-up. Harus benar-benar memahami keinginan mereka,” ujar Sany, sapaan akrab Masany, yang disambut antusias oleh peserta.
DBL kini telah berkembang menjadi perusahaan media digital, membuka bisnis retail seperti brand AZA, hingga berkolaborasi dengan mitra strategis seperti Proteam untuk bola resmi kompetisi.
Tak hanya itu, DBL juga melahirkan DBL Academy untuk menyebarkan filosofi basket dan kepemimpinan kepada generasi muda.
BACA JUGA:Skuad DBL Indonesia All-Star 2025 Siap Saksikan Pertandingan Bersejarah WNBA
BACA JUGA:DBL Indonesia All-Star 2025 Ikuti 4th Annual Circuit of Champions, Berpetualang di AS!
Ekspansi ke Berbagai Olahraga dan Manajemen Profesional Klub
Pertumbuhan DBL membuka pintu ke berbagai sektor olahraga. DBL dipercaya oleh PB PASI untuk menggelar Student Athletics Championship (SAC) Indonesia, kompetisi atletik pelajar terbesar di Tanah Air.
Selain itu, DBL juga menjadi penyelenggara event sepeda seperti Bromo KOM dan Kediri Dholo KOM, yang telah terbukti menjadi pemicu sport tourism di berbagai daerah.
Azrul juga membagikan pengalaman mengelola Persebaya Surabaya secara profesional. Ia menekankan pentingnya tiga pilar: fans equity, social equity, dan away equity.
“Persebaya sedang berproses menjadi klub yang berkelanjutan secara organisasi. Tidak hanya dari sisi finansial, tapi juga dari loyalitas, komunitas, dan manajemen,” ujarnya.
Sementara itu, Isna Iskan tampil dalam sesi bersama Abed S. Santoso (CEO ForeverFit Indonesia) membahas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: