Pameran Seni ARTSUBS 2025 Surabaya, Tentang Membungkus Cinta dan Luka dalam Estetika

Pameran seni ARTSUBS 2025 Surabaya, tentang membungkus cinta dan luka dalam estetika. - Christian Mazmur - Harian Disway
HARIAN DISWAY - Surabaya menjadi lokasi pameran seni ARTSUBS 2025 untuk yang kedua kalinya. Kali ini, ARTSUBS 2025 mengusung tema Material Ways alias Jalan Ragam Materi yang merupakan sebuah gambaran dari upaya para seniman untuk menggunakan bahan dan medium seni sebagai bahasa.
Bahasa adalah alat komunikasi yang menghubungkan kehidupan antar manusia. Dengan demikian, seni tak sekadar keindahan. Puing-puing seni yang terpajang di Balai Pemuda Surabaya pada 2 Agustus hingga 7 September 2025 itu seolah sedang berbicara kepada para pengunjung pameran.
Sekilas, objek seni itu terlihat sederhana karena terbuat dari barang-barang bekas yang seharusnya dibuang. Tetapi, disulap oleh para seniman menjadi barang yang penuh makna. Seperti makna cinta dan luka yang akhirnya melebur dalam estetika.
Di antara banyaknya karya seni indah di sana, rasanya seperti ada yang memanggil agar mendekati objek seni yang terpampang nyata di atas meja berwarna putih itu. Sebab, bentuk dan warnanya tak terlalu mencolok seperti objek lainnya. Mungkin, itu adalah salah satu cara seniman berkomunikasi dalam pameran ARTSUBS 2025.
BACA JUGA:ARTSUBS 2025, Tafsir Seni Dunia Material
BACA JUGA:Budi Pradono, Artsubs 2025, dan Perjalanan ke Surabaya
Lokasinya tepat di depan lukisan bergambar kartun dan di bawah sorotan lampu yang menyala. Seniman menjahit kain berwarna putih tulang, sehingga berbentuk seperti alat-alat makan. Ada piring, sendok, garpu, gelas, sampai panci.
Objek seni sederhana berbentuk peralatan makan karya Ajeng Martia dalam pameran seni ARTSUBS 2025 Surabaya. - Ilmi Bening - Harian Disway
Coretan tinta pena telah menjelma sebagai noda yang melekat pada alat-alat makan, menggambarkan kegiatan mencuci piring di rumah. Seniman Ajeng Martia merepresentasikan rutinitas rumah tangga yang terlihat sepele.
Rutinitas mencuci piring menjadi sebuah ritual ketika rumah mulai sunyi dan anak-anak pun terlelap. Melalui objek seni karya Ajeng, pengunjung dapat menyelami makna tentang cinta, waktu, dan hidup yang terus berlanjut.
BACA JUGA:ARTSUBS 2025, Wamen Giring Dukung Aspirasi Seniman untuk Hadirkan Museum Seni di Surabaya
Goresan pena menggambarkan perasaan dan luka, seperti kelelahan, pikiran yang belum tuntas, serta sisa emosi yang sulit terungkap. Namun, alat-alat makan itu tetap harus dibersihkan. Itu menunjukkan bahwa rutinitas mencuci piring memang tampak ringan. Tetapi, bisa menjadi simbol kekuatan. Karya itu mempunyai nama The Stain on The Tableware.
“Benda-benda ini ditumpuk menyerupai cucian di bak cuci piring-simbol dari pengulangan hidup yang kadang luput dari apresiasi, namun terus dijalani dengan kesadaran dan keikhlasan,” begitulah keterangan tulisan dari QR Code yang terpajang di pameran seni ARTSUBS 2025.
Tak cuma karya Ajeng Martia, ada gambaran seni lainnya yang juga menggambarkan cinta dan luka. Ada lukisan karya Agan Harahap, sosok seniman lulusan Sekolah Tinggi Desain Indonesia (STDI) Bandung. Nama dari objek seni karya Agan adalah Pieta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: