Fashioning in Between, Menyelami Dualitas Identitas Model Androgini

Pameran Fotografi "Fashioning in Between" Angkat Dualitas Identitas Model Androgini di Indonesia. -Giustino Obert Lisangan -Magang Disway
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Sebuah pameran fotografi menarik hadir di Gedung Soetandyo Wignyosoebroto (Gedung C) FISIP Universitas Airlangga.
Berlangsung dari 25 hingga 29 Juli 2025, pameran bertajuk Fashioning in Between ini menjadi ruang eksplorasi visual yang mengupas kehidupan para model Androgini di Indonesia.
Pameran ini digelar sebagai tugas akhir Bayu Mahardika, seorang mahasiswa Magister Media dan Komunikasi Universitas Airlangga. T
ujuannya untuk memperkenalkan dan mengedukasi publik mengenai dunia Androgini yang seringkali disalahpahami, serta mengundang diskusi tentang representasi gender dalam industri fashion dan media.
Dramaturgi di Balik Panggung
Bayu Mahardika, yang juga dikenal sebagai fashion fotografer, menjelaskan bahwa pameran ini merupakan turunan dari tesis S2nya yang menggunakan pendekatan dramaturgi. "Tesis saya 'kan ngomongin soal dramaturgi, pekerja model Androgini di Fashion Indonesia," ujar Bayu.
BACA JUGA: Modern Dance dan Fashion Show Ramaikan Hari Kedua Surabaya Tourism Awards 2025
Ia menambahkan bahwa pameran ini mengangkat tema fashion di antara dua area, yakni kehidupan panggung depan saat mereka bekerja sebagai model dan panggung belakang saat mereka menjalani kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini memungkinkan Bayu untuk menyoroti negosiasi identitas yang dialami para model androgini.
Foto Bayu Mahardika, Mahasiswa Magister Media dan Komunikasi Universitas Airlangga beserta Pameran Fotografinya. -Giustino Obert Lisangan -Magang Disway
Di panggung depan, mereka harus mengikuti tuntutan industri fashion yang membutuhkan ekspresi fleksibel antara maskulin dan feminin. Namun, di panggung belakang, mereka seringkali menghadapi pandangan publik yang kurang familiar dengan Androgini, bahkan disalahartikan.
Ketika Model Profesional Juga Seorang Pelatih Paskibra
Salah satu daya tarik utama dari pameran ini adalah karya-karya fotografi double exposure yang disajikan oleh Bayu. Teknik ini digunakan untuk menyatukan dua sisi kehidupan para model, menampilkan kontras yang unik dan mengejutkan. Ia menceritakan salah satu modelnya yang memiliki dualitas identitas yang mencolok.
BACA JUGA: Dramaturgi XX, Menyingkap Luka Batin Lewat Elliot dan Emma
"Tapi yang lebih unik di sini itu sih mbak, mereka kan selain jadi model punya kehidupan lain kan, di belakang panggung. Itu dia pelatih paskibra. Jadi di paskibra itu harus tegas dan masculin. Tapi di Androgini sendiri dia bisa lebih luwes dan lentur," ujarnya sambil menunjuk ke foto salah satu modelnya.
Androgini dan Crossdress
Bayu juga menjelaskan pentingnya membedakan Androgini dengan Crossdress. "Kadang orang-orang suka bingung ya. Crossdress itu 'kan memang orang-orang yang crossing gender buat bajunya. Tapi kalau Androgini itu ngemix antara maskulin dan feminin menjadi satu di satu tubuh," jelasnya.
Pemilihan tema Androgini ini juga tidak lepas dari posisinya yang unik dalam dunia akademis dan industri. Bayu mengakui bahwa tema ini masih jarang diangkat, baik secara akademis maupun dalam media.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: diolah dari berbagai sumber