Jejak Panjang Bom Atom Jepang, Delapan Dekade Silam (2-habis): Hibakusha Korea dan Luka Ganda

Jejak Panjang Bom Atom Jepang, Delapan Dekade Silam (2-habis): Hibakusha Korea dan Luka Ganda

KIM GIN-HO, warga Hiroshima keturunan Korea, penyintas bom Hiroshima. Ia berdiri di dekat Kubah Bom Atom, 28 Juni 2025. Bangunan itu adalah salah satu penanda kejamnya senjata mahadahsyat yang menghabiskan kota itu, 80 tahun silam.-RICHARD A. BROOKS-AFP-

Dunia seakan enggan belajar dari luka lama. Konflik bersenjata kembali meletus di berbagai penjuru, dan isu nuklir mengemuka lagi. Salah satu tokoh yang turut mencuat dalam pembicaraan itu adalah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. “Apakah dia akan memahami tragedi yang ditimbulkan oleh bom Hiroshima dan Nagasaki?”

Pertanyaan itu dilontarkan oleh Kim Gin-ho, seorang penyintas bom atom Hiroshima dan Nagasaki. Ia menyimpan kekhawatiran tentang masa depan. Takut jika generasi berikutnya harus menanggung penderitaan serupa yang dialaminya alami 80 tahun lalu.

Ya, dari namanya, Anda sudah tahu, bahwa Kim bukan orang Jepang. Ia orang Korea.

Dan Kim merasa diselamatkan dari api kematian hanya untuk dipaksa menyamar di tengah dunia yang menolak keberadaannya. Begitulah nasib Kim dan para penyintas Korea lainnya.

BACA JUGA:Jejak Panjang Bom Atom Jepang, Delapan Dekade Silam (1): Menginspirasi Seni hingga Anime

BACA JUGA:K-Pop dan Anime Picu Meningkatnya Minat Belajar Bahasa Korea dan Jepang di Kalangan Remaja

Kembali ke negara asal, mereka mendapat diskriminasi keras. Tak diterima karena dianggap membawa sial dan penyakit. Rumor tak berdasar soal penyintas menularkan radiasi menyebar lebih cepat dari angin.

Situasi itu diperburuk dengan adanya stigma terhadap warga Korea yang tinggal di Jepang.

Kala itu, berada di tengah tekanan ekonomi dan politik yang mencekik, banyak warga Korea terpaksa bermigrasi ke Jepang. Mereka bekerja sebagai buruh kasar. Namun, pilihan pahit untuk bertahan hidup itu justru mengundang penghakiman sosial yang menyakitkan.

Bukannya dipahami sebagai korban keadaan, mereka malah dicap sebagai kolaborator penjajahan. Nama baik tercoreng oleh tudingan pengkhianatan, dan tak sedikit yang diyakini telah menodai “kemurnian” darah Korea karena tunduk pada kekuasaan asing.


WARGA KOREA berkumpul sebelum berziarah di Monumen Peringatan Warga Korea Korban Bom Atom di Hiroshima, 5 Agustus 2025.-RICHARD A. BROOKS-AFP-

Karena itu, mulut mereka harus disegel rapat-rapat. Jangan sampai orang lain tahu bahwa dia pernah tinggal di Jepang dan merupakan hibakusha (penyintas bom atom).

“Aku tak pernah memberi tahu suamiku bahwa aku berada di Hiroshima dan menjadi korban pengeboman,” ungkap Bae Kyung-mi kepada kantor berita Agence France-Presse, 4 Agustus 2025.

Delapan dekade silam, saat bom meledak, tubuh Bae hanya tertimbun puing-puing rumah dan sempat kehilangan kesadaran. Dia “cukup beruntung” lolos dari jilatan api yang menghanguskan seluruh kota.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: