CULIT 2025, HIMA MKSB UNAIR Dukung Ruang Berbagai Komunitas Budaya Melalui Seminar Merebut Kembali Kota

CULIT 2025, HIMA MKSB UNAIR Dukung Ruang Berbagai Komunitas Budaya Melalui Seminar Merebut Kembali Kota

HIMA MKSB UNAIR dukung ruang berbagai komunitas budaya melalui seminar dalam CULIT 2025. - Subastian Salim - Harian Disway

Kaijun adalah mahasiswa asal Tiongkok yang mengambil program pembelajaran bahasa Indonesia di UNAIR. Ia memaparkan mengenai beragam budaya Tionghoa yang masih melekat dalam kegiatan warga kota. Bahkan di tengah mal.  

BACA JUGA:Orasi Ilmiah Guru Besar Unair Prof Lilis: Semua Bisa Terpapar Mikroplastik

Presentasinya itu bertajuk From Kelenteng to Mall: How Chinese Culture is Revitalized in Surabaya atau jika diterjemahkan: Dari Kelenteng ke Mal: Bagaimana Budaya Tionghoa Direvitalisasi di Surabaya

“Ini adalah salah satu bentuk seni akulturasi antara budaya Tiongkok dan Indonesia. Namanya Wayang Potehi. Wayang Potehi sebenarnya adalah kesenian keagamaan di kelenteng,” tutur Kaijun sambil menunjukkan tayangan presentasi bergambar Wayang Potehi. 

“Namun, zaman sekarang banyak aktivitas kebudayaan Tionghoa yang juga dapat ditemukan di dalam mal. Saya pernah melihatnya di Pakuwon Mall Surabaya. Di sana, ada area bernama Park Shanghai yang menghadirkan suasana budaya Tionghoa,” tambahnya. 

BACA JUGA:Spaghetti Bolognese, Cita Rasa Kreasi Mahasiswa Manajemen Perhotelan Unair

Itulah keseruan mempelajari budaya, seni, maupun olahraga dalam CULIT 2025 yang merupakan program kerja dari Divisi Hubungan Luar HIMA MKSB UNAIR. Acara masih berlanjut di Kampung Pecinan Tambak Bayan pada keesokan harinya sebagai penutup. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: