NU Adalah Asosiasi Ulama

KETUA PBNU perempuan pertama, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid (empat dari kanan), dan Arif Afandi (dua dari kanan). -istimewa-
INI cara ketua PBNU perempuan pertama, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, dalam menjelaskan tentang NU kepada orang asing. Dia melakukan itu saat bertemu dengan Dr Anne Aly MP, seorang muslim pertama yang menjadi menteri Australia, dalam sebuah acara di Surabaya.
Putri Presiden Ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid itu menyebut NU sebagai asosiasi para ulama. Ia lahir dari kesadaran para ulama pemimpin pesantren untuk mendirikan organisasi yang diberi nama kebangkitan para ulama: Nahdlatul Ulama.
Para ulama sudah ada sebelum organisasinya ada. Mereka masing-masing telah memiliki lembaga pendidikan pesantren sendiri-sendiri dengan santri dan jamaahnya masing-masing. Karena itulah, NU tidak seperti organisasi-organisasi lainnya.
BACA JUGA:Suara NU-Gereja
BACA JUGA:Holding Muhammadiyah, Waralaba Nahdlatul Ulama (NU)
”Selain asosiasi para ulama, NU didirikan untuk menjadi asosiasi lembaga pendidikan dan jamaahnya para kiai. Karena itu, perkembangan NU tidak terbatas. Tidak bisa dibatasi dengan ukuran organisasi standar,” ujar putri sulung Gus Dur yang juga memimpin jaringan Gusdurian seluruh Indonesia itu.
Dia lantas menjelaskan kebesaran NU sebagai asosiasi. Mulai puluhan ribu lembaga pengajian Al-Qur’an yang diorganisasi perempuan, 13 ribu madrasah dan sekolah, 26 ribu pondok pesantren, serta ada 7 juta anak belajar di lembaga-lembaga pendidikan NU.
Ning Lissa –demikian dia biasa dipanggil– mengaku harus menjelaskan dengan cara itu karena banyak orang luar yang kesulitan untuk memahami NU. Mereka tahu bahwa NU adalah ormas Islam terbesar di dunia. Namun, sebagai organisasi, NU tidak bisa disamakan dengan organisasi lain yang efektif dan efisien.
BACA JUGA:Beyond NU
BACA JUGA:NU-Muhammadiyah Bersatu…
Dia pun menceritakan pengalamannya dalam mengisi sebuah workshop yang pesertanya dari berbagai latar belakang kelompok masyarakat. Di forum itu, dia menjelaskan berbagai program dan demografi NU. Di saat akhir pertemuan, beberapa peserta mengaku belum bisa memahami NU dalam perspektif organisasi modern.
Ning Lissa adalah generasi baru NU. Dia dibesarkan dalam pendidikan modern seperti banyak putra-putri tokoh NU yang kini banyak memimpin ormas Islam ini. Dia menempuh sarjana di Fakultas Psikologi, UGM. Lingkar pergaulan dia sangat luas dan memiliki keistimewaan jaringan yang sangat istimewa.
Sebagai putri seorang presiden RI, dia dikenal sangat merakyat. Ke mana-mana tanpa pengawalan seperti putra-putri presiden lainnya. Seperti tak pernah lelah berkeliling untuk merawat akar rumput dengan berbagai kegiatan sosial. Tak terlibat dalam berbagai aktivitas politik praktis, meski diperhitungkan secara politis.
BACA JUGA:Pola Relasi Baru NU-Muhammadiyah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: