Fast Fashion, Tren Berpakaian yang Menyebabkan Krisis Lingkungan

Fast Fashion, Tren Berpakaian yang Menyebabkan Krisis Lingkungan

Ilustrasi seorang perempuan yang sedang memilih pakaian--freepik.com

Bahkan, pekerja di Bangladesh hanya mendapat sekitar 5 dollar per hari sebagai upah. Hal ini membuktikan banyak ketimpangan, diskriminasi, ketidaklayakan, bahkan perbudakan yang diakibatkan oleh maraknya fast fashion

Tak hanya itu, dalam produksi pakaian ini, membutuhkan kurang lebih sekitar 700 galon air hanya untuk satu kemeja dan 2000 galon air untuk memproduksi celana jin. Dengan begitu, dapat diungkapkan bahwa dalam industri ini termasuk industri dengan konsumsi air terbesar kedua. 

BACA JUGA: Crochet dan Handmade Fashion Kuasai Gaya Anak Muda

Air yang telah dibuat produksi kebanyakan akan dibuang ke selokan, aliran air, atau sungai, yang dapat menyebabkan pencemaran air, lingkungan dan kesehatan masyarakat disekitar sumber air. 

Untuk mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh fast fashion, penting bagi konsumen untuk mengambil langkah bijak dalam memilih pakaian, seperti berikut. 


Fast fashion dapat meningkatkan penumpukan limbah tekstil--istockphoto.com

1. Beralih ke slow fashion, yaitu praktik konsumsi pakaian secara etis yang menekankan pada keberlanjutan dan kualitas. Brand dengan slow fashion biasanya memiliki ciri-ciri, sebagai berikut.

BACA JUGA: Menghidupkan Kembali Tradisi Lokal: Tren Kain Tenun dan Batik dalam Fashion Modern

  • Menggunakan bahan yang ramah lingkungan atau yang dapat mudah terurai, seperti katun organik, linen atau hemp yang berasal dari serat alami dan diproses dengan bahan kimia yang sedikit. 
  • Memproduksi dalam jumlah yang terbatas dan desain klasik, serta timeless
  • Memproduksi secara lokal dan menyediakan panduan perawatan produk
  • Menerapkan etika dan transparansi dalam seluruh proses produksinya

2. Mengidentifikasi merek yang menerapkan fast fashion. Hal ini berfungsi untuk mewaspadai pembelian fast fashion. 

3. Memilih kualitas daripada kuantitas. Pakaian dengan kualitas tinggi, biasanya dapat digunakan dalam waktu jangka panjang, sehingga dapat mengurangi limbah pakaian. 

BACA JUGA: Tren Gaya Hidup Berkelanjutan 2025, Dari Fashion hingga Pilihan Konsumsi

4. Mendukung merek lokal. Dalam hal ini, tidak hanya mengurangi fast fashion, tetapi juga ikut berkontribusi meningkatkan ekonomi merek lokal. 

5. Membeli baju bekas yang masih layak pakai. Membeli baju bekas dapat mengurangi efek buruk dari fast fashion. Apalagi jika tidak mampu membeli pakaian dengan kualitas tinggi, baju bekas dapat menjadi solusi hal tersebut. 

Dibalik harga yang mudah, fast fashion menimbulkan konsekuensi yang besar bagi lingkungan dan manusia. Sehingga, dengan menjadi konsumen yang lebih sadar dapat mengurangi kerusakan dan membangun tren fashion yang lebih beretika dan berkelanjutan. (*)

*) Mahasiswa Magang Prodi Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: diolah dari berbagai sumber