Tragedi Affan, Luka Kemanusiaan

ILUSTRASI Tragedi Affan, Luka Kemanusiaan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Institusi Polri telah diberi kekuatan luar biasa: senjata, kendaraan tempur, dan legitimasi hukum. Namun, kekuatan itu kerap berubah menjadi mesin tanpa kendali.
BACA JUGA:Pranomo Anung Pastikan Keluarga Affan Kurniawan Dapat Bantuan Penuh
BACA JUGA:Prabowo Janjikan Jaminan Negara untuk Biaya Hidup Keluarga Affan Kurniawan
Polri tidak lagi sekadar menjadi aparat hukum, tetapi menjelma industri yang memperdagangkan hukum, yang mengamankan pelanggaran, dan kerap menjadikan rakyat kecil sebagai tumbal.
Dari kasus jual beli perkara, dari pelanggaran etik, hingga kini seorang pemuda rakyat jelata mati di jalanan, semua itu menunjukkan Polri gagal mengendalikan tubuhnya yang kekar.
Kapolri harus berani legawa mundur. Sebab, kepemimpinan bukan hanya jabatan, melainkan juga kehormatan. Dan, kehormatan seorang pemimpin diuji justru ketika institusinya menorehkan aib.
BACA JUGA:6 Ribu Ojol Serentak Demo di Jatim, Tuntut Keadilan untuk Affan Kurniawan
BACA JUGA:Prabowo Tegaskan Investigasi Transparan dan Jaminan Hidup Keluarga Ojol Affan
BOLA API YANG BISA MEMBESAR
Kasus Affan bisa menjadi bola api. Gelombang massa sudah berkali-kali mewarnai jalanan negeri ini, dari 1998 hingga hari ini.
Satu nyawa rakyat kecil yang melayang di tangan negara bisa menjadi pemantik api yang tidak mudah dipadamkan.
Apalagi, di tengah ketidakpuasan publik terhadap berbagai kebijakan, tragedi itu bisa berubah menjadi simbol perlawanan.
BACA JUGA:Prabowo Perintahkan Investigasi Transparan dan Tindakan Tegas atas Insiden Ojol Affan Kurniawan
BACA JUGA:Ribuan Ojol Kawal Jenazah Affan, Hijau-Kuning Memadati TPU Karet Bivak
Presiden tidak boleh diam. Ini adalah momentum untuk merevisi hubungan negara dengan kepolisian, bahkan untuk menghidupkan kembali wacana pemindahan Polri ke bawah Kementerian Dalam Negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: