Etika Bisnis Nusantara: Spirit Ekonomi Madura Ate Ta’ Ajhina

ILUSTRASI Etika Bisnis Nusantara: Spirit Ekonomi Madura Ate Ta’ Ajhina.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Desa Aeng Tong-Tong di Sumenep adalah sentra keris terbesar di Indonesia, diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Di sana etika bisnis menyatu dengan filosofi seni keris dibuat tidak hanya untuk dijual, tetapi untuk menjaga marwah budaya.
Tak hanya itu, Bebek Sinjay juga menjadi ikon kulinernya Pulau Madura. Berawal dari warung kecil di Bangkalan pada awal 2000-an, Bebek Sinjay kini menjadi tujuan kuliner nasional.
Kuncinya adalah konsistensi rasa, pelayanan cepat, dan branding ”asli Madura” yang kuat. Saat ini cabangnya sudah ada di berbagai kota besar di Indonesia.
Garam Madura terus bertahan di tengah gempuran impor. Petani garam di Pamekasan dan Sumenep menjaga kualitas produksi dengan metode tradisional, sambil perlahan mengadopsi teknologi pengeringan modern. Koperasi petani dibentuk untuk memperkuat posisi tawar mereka di pasar.
Kisah-kisah itu menunjukkan bahwa keterbatasan bukan penghalang, melainkan pemicu inovasi. Modal sosial kepercayaan, reputasi, dan solidaritas sering kali lebih menentukan daripada modal finansial.
TANTANGAN MODERNISASI
Meski tangguh, pelaku usaha Madura menghadapi sejumlah tantangan baru.
Pertama, adopsi digital yang masih terbatas. Banyak UMKM Madura yang mengandalkan pemasaran mulut ke mulut sehingga daya jangkau terbatas.
Padahal, generasi muda mulai mencoba memanfaatkan Instagram, TikTok, atau marketplace meski masih perlu pendampingan agar bisa bersaing di level nasional.
Kedua, stigma sosial yang kadang melekat akibat stereotipe negatif. Persepsi itu hanya bisa dilawan dengan konsistensi kualitas dan profesionalisme. Fenomena Bebek Sinjay menjadi bukti bahwa produk unggulan dengan branding tepat mampu mengubah stigma menjadi apresiasi.
Ketiga, regenerasi pengusaha. Bisnis keluarga sering terancam putus karena generasi muda memilih jalur karier lain. Maka, transfer nilai etika bisnis harus diselaraskan dengan inovasi agar tetap relevan.
RELEVANSI BAGI UMKM NUSANTARA
Etika bisnis etnis Madura relevan tidak hanya untuk komunitas mereka, tetapi juga untuk UMKM di seluruh Nusantara. Ada empat pelajaran penting.
Pertama, mengubah keterbatasan menjadi peluang. Tanah kering melahirkan ”emas putih” garam Madura, keterbatasan bisa mendorong kreativitas.
Kedua, modal sosial sama berharganya dengan modal finansial. Jaringan kekerabatan dan solidaritas dapat menjadi ”venture capital” berbasis kepercayaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: