Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (13): Luban, Dari Tianjin ke 25 Negara
ANEKA SUVENIR hasil cetakan printer 3D dipamerkan kepada jurnalis yang mengunjungi Tianjin Light Industry Vocational Technical College.-Doan Widhiandono-
Awal gagasan Luban Workshop lahir di Tianjin, 2016. Kota industri di timur laut Tiongkok itu dikenal sebagai basis pendidikan vokasi. Dari sinilah konsep “pendidikan keterampilan lintas negara” diperkenalkan. Thailand menjadi mitra pertama. Fokusnya: pelatihan kereta cepat.
SEJAK 2016 itu, jaringan Luban Workshop meluas. Kini sudah ada lebih dari 25 workshop di 23 negara, mulai Asia, Afrika, hingga Eropa. Indonesia ikut serta dengan bidang otomasi dan manufaktur. Negara Afrika fokus pada logistik dan konstruksi. Negara Eropa lebih ke robotika dan kuliner.
Sistem kerja sama Luban Workshop berbeda dengan proyek infrastruktur. Alih-alih membangun jalan atau pelabuhan, Tiongkok mengirim kurikulum, pelatih, dan teknologi vokasi. Mitra lokal menyediakan kampus atau politeknik.
Skema itu kemudian diramu menjadi metode EPIP (Engineering, Practice, Innovation, Project). Mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi langsung mengerjakan proyek nyata. Misalnya, merakit sistem otomasi pabrik atau mengoperasikan simulator kereta.
Hasilnya, lulusan di negara mitra dianggap lebih siap masuk pasar kerja. Beberapa laporan menunjukkan angka penyerapan tenaga kerja cukup tinggi setelah mahasiswa mengikuti program tersebut.
Pemerintah Tiongkok jelas menaruh nilai strategis pada program itu. Belt and Road Initiative (BRI) selama ini dikenal lewat pembangunan fisik: pelabuhan, rel, jalan raya. Luban Workshop memberi wajah lain: soft power diplomacy lewat pendidikan.
Dengan pola tersebut, Tiongkok bisa masuk ke ranah yang lebih halus. Bukan hanya membangun, tetapi juga mendidik. Negara mitra mendapat transfer keterampilan. Di sisi lain, Tiongkok menanamkan pengaruh jangka panjang lewat generasi muda yang akrab dengan sistem dan teknologi mereka.
Lalu, kenapa disebut Luban Workshop?
Nama itu merujuk pada Lu Ban, sosok tukang kayu legendaris Tiongkok yang hidup sekitar abad ke-5 SM, pada masa Negara-Negara Berperang.
PARA JURNALIS menjajal Luban Lock, kubus teka-teki di media center KTT Shanghai Cooperation Organization.-Doan Widhiandono-
Dalam catatan sejarah, Lu Ban dianggap sebagai bapak pertukangan Tiongkok. Ia memperkenalkan berbagai alat, mulai gergaji, jembatan kayu, sistem penguncian engsel-engsel kayu. Kemampuannya bukan hanya teknis, tetapi juga kreatif. Banyak cerita rakyat mengangkatnya sebagai simbol ketekunan, inovasi, dan kecerdikan.
Bahkan di Indonesia, warisan itu bisa ditemukan lewat permainan kayu yang disebut Luban Lock: teka-teki bongkar pasang berbentuk kubus kayu yang menguji logika dan kesabaran. Seperti kubus rubik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: