Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (60): Jadi Diplomat yang Berbulu

Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (60): Jadi Diplomat yang Berbulu

ANEKA SUVENIR PANDA dijual di dalam Chengdu Research Base of Giant Panda Breeding, 19 Oktober 2025.-Doan Widhiandono-

Kisah tentang panda memang menjulur ke berbagai sisi. Dari riset hingga diplomasi.

’’FOKUS utama kami adalah riset. Setelah itu wisata. Yang terakhir adalah hubungan internasional,’’ kata staf Chengdu Research Base of Giant Panda Breeding yang memandu kami, para jurnalis peserta program China International Press Communication Center (CIPCC), 19 Oktober 2025.

Artinya, di kompleks seluas 307 hektare itu, panda-panda tersebut bukan aset wisata. Mereka tinggal di situ sebagai upaya penelitian dan konservasi. Sebab, binatang tersebut memang sangat langka. Satwa endemik Tiongkok. Sempat nyaris punah.

Kisah panda modern bermula pada 1869. Ketika itu, seorang pemburu Tiongkok menyerahkan kulit dan tulang hewan hitam-putih kepada Arman David, seorang misionaris Jesuit. Hewan itu hanya ada di pegunungan Baoxing, Sichuan.

BACA JUGA:Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (59): Sore di Negeri Panda

BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber

Koleksi itu lantas dikirim ke Museum Sejarah Alam di Paris. Itulah perkenalan dunia pada panda yang akhirnya diberi nama spesies Ailuropoda melanoleuca tersebut. Arti nama itu: beruang hitam-putih berkaki kucing.

Orang Tiongkok sendiri menyebut panda sebagai 熊猫 (Xióngmāo). Xióng berarti beruang dan māo berarti kucing. Ya, beruang yang imut seperti kucing. Bisa diterjemahkan seperti itu.

Namun, panda sudah menjadi pengisi kebun binatang sejak zaman Dinasi Han, sekitar dua abad sebelum Masehi. Ia juga menjadi simbol kekuatan, bahkan mengalami mistifikasi. Misalnya, panda disebut sebagai beruang pemakan besi.

Sejak dulu, kulit panda—juga binatangnya—kerap menjadi benda upeti. Atau penanda diplomasi. Tak pelak, jumlahnya di alam liar pun kian turun.


BEREBUT FOTO di depan tempat tinggal Xi Lan, panda kelahiran Atlanta, Amerika Serikat. Ketika itu, Xi Lan sedang makan dan duduk menghadap pengunjung. Tampak Sekar Gandawangi (baju hijau), wartawan Kompas, berswafoto.-Doan Widhiandono-

Chengdu Base berdiri pada 1987. Ketika itu, mereka hanya punya enam panda yang diselamatkan dari alam liar. Kini, berkat penelitian genetika dan teknologi inseminasi buatan, populasi penangkarannya tumbuh hingga lebih dari 400 ekor. Tempat itu pun menjadi model konservasi global, dengan fasilitas riset, pusat medis, hingga laboratorium nutrisi.

Perkembangbiakan panda memang cukup sulit. Mereka penyendiri. Betinanya hanya 

subur dua-tiga hari dalam setahun. Masa subur yang singkat itu membuat angka kelahiran rendah di alam liar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: