Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (60): Jadi Diplomat yang Berbulu

ANEKA SUVENIR PANDA dijual di dalam Chengdu Research Base of Giant Panda Breeding, 19 Oktober 2025.-Doan Widhiandono-
Para ilmuwan di Chengdu mempelajari perilaku, siklus hormon, dan genetika untuk memperbesar peluang reproduksi.
Kelahiran pun tak selalu berujung kehidupan. Bayi panda lahir dalam kondisi rapuh. Sementara induknya bisa mencapai 100 kilogram.
BACA JUGA:Pelepasan 250 Mahasiswa ITCC Diiringi Kesenian Khas Dayak dan Peluncuran Kompetisi Bahasa Mandarin
BACA JUGA:3 Pemeran Utama Film Tiongkok Dongji Rescue, Ada Bintang The Long Ballad!
Kini, metode pemantauan hormon dan perawatan neonatal yang dikembangkan di Chengdu menjadi standar global. Hasilnya terlihat jelas: populasi panda di alam liar meningkat dari 1.000 ekor (1980-an) menjadi lebih dari 1.800 ekor. Statusnya turun dari “Terancam Punah” menjadi “Rentan” sejak 2016. Dan pada 2021, statusnya turun lagi menjadi “Tidak Rentan.”
Nah, tradisi panda diplomacy berakar sejak Dinasti Tang juga terjadi pada abad ke-20. Misalnya, pada 1972 Tiongkok menghadiahkan dua panda kepada AS pasca kunjungan Presiden Nixon.
Kini, panda tidak lagi dihadiahkan, tetapi “dipinjamkan” selama 10–15 tahun dengan biaya sekitar USD1 juta per tahun per ekor. Semua bayi panda hasil pinjaman tetap menjadi milik Tiongkok dan dikembalikan ke Chengdu setelah dewasa.
Program itu bukan sekadar simbol persahabatan, melainkan juga jembatan sains dan politik. Artinya, panda-panda itu adalah para diplomat. Mereka diplomat yang berbulu dan imut… (*/bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: