Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (13): Luban, Dari Tianjin ke 25 Negara
ANEKA SUVENIR hasil cetakan printer 3D dipamerkan kepada jurnalis yang mengunjungi Tianjin Light Industry Vocational Technical College.-Doan Widhiandono-
Kreasi kerajinan kayu khas Tiongkok—terutama yang disebut sebagai warisan Luban—juga ditampilkan di media center KTT Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang terletak di Tianjin Meijiang Convention Center.
Para jurnalis bisa coba membongkar Luban Lock. Lalu memasangnya kembali. Berhasil atau tidak berhasil, mereka mendapat sebentuk puzzle Luban Lock yang ditaruh dalam sebentuk pundi-pundi imut.
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (1): Bening Tilu Kejar Cita-Cita Mulia
BACA JUGA:Prabowo Jadi Tamu Hari Kemenangan Tiongkok, Bersanding dengan Xi Jinping hingga Putin
Dengan memakai nama Lu Ban, Tiongkok ingin menyampaikan pesan bahwa program itu bukan sekadar transfer teknologi. Tapi, ada nilai-nilai yang melekat. Yakni, ketekunan, kerja keras, kreativitas, inovasi, hingga kebersamaan lintas budaya.
Mahasiswa tidak hanya diajarkan keahlian teknis, tetapi juga cara berpikir inovatif dalam memecahkan masalah.
Manfaatnya cukup nyata. Banyak yang merasakan peningkatan keterampilan, sertifikasi, hingga peluang kerja. Beberapa industri lokal bahkan langsung merekrut lulusan Luban Workshop karena dianggap sudah siap pakai.
Dari sudut pandang branding, penggunaan nama Lu Ban adalah strategi cerdas. Ia menghubungkan masa lalu yang penuh tradisi dengan masa depan yang sarat teknologi.
Di satu sisi, Lu Ban adalah simbol budaya kuno. Di sisi lain, Luban Workshop menampilkan robot, printer 3D, dan simulator kereta cepat.
BONEKA MATRYOSKHA khas Rusia ini adalah salah satu karya akhir mahasiswa Luban Workoshop.-Doan Widhiandono-
Kontras itulah yang akhirnya menjadi cerita utuh bagi para jurnalis: keterampilan manual berkembang menjadi teknologi modern. Tetapi semangat dasarnya tetap sama, yakni menciptakan solusi yang berguna bagi masyarakat.
Luban Workshop kini menjadi salah satu instrumen soft power diplomacy Tiongkok yang paling menonjol. Dari Tianjin, konsep tersebut bergerak ke Asia, Afrika, hingga Eropa. Ia menyodorkan pendidikan vokasi sebagai jalan membangun kerja sama internasional.
Nama Lu Ban memberi fondasi budaya yang kuat. Dari tukang kayu abad kuno, kini lahir pusat pelatihan modern yang menyiapkan generasi masa depan. Perpaduan tradisi dan inovasi itu yang membuat Luban Workshop menarik: bukan hanya sebagai ruang belajar, tetapi juga sebagai cermin strategi global Tiongkok. (*/bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: