Presiden yang Ditinggal Informasi

Presiden yang Ditinggal Informasi

ILUSTRASI Presiden yang Ditinggal Informasi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

SAYA jadi teringat pepatah Jawa: ”raja tanpa telinga, hanya raja di atas kertas”. Rupanya pepatah itu masih berlaku di era serbadigital ini. 

Laporan Tempo edisi 7 September 2025 bikin bulu kuduk merinding. Judulnya, Tarik Menarik Darurat Militer Meredam Demonstrasi Pembubaran DPR. 

Isinya bukan cuma soal ribut-ribut demo, bukan sekadar soal spanduk dan gas air mata. Melainkan juga soal yang lebih menakutkan: presiden ternyata tidak mendapat informasi yang utuh.

BACA JUGA:Pak Presiden, Mari Kita Jujur!

BACA JUGA:Momentum Presiden Prabowo Subianto

Bayangkan, negara sedang gonjang-ganjing, jalanan bergejolak, ada korban jiwa. Namun, informasi yang masuk ke telinga presiden justru masih manis: ”Aman, Pak. Semua terkendali.”

Padahal, malam itu seorang ojol bernama Affan Kurniawan sudah meregang nyawa. Tertabrak kendaraan taktis polisi. Video dan foto sudah beredar luas di media sosial. Rakyat tahu lebih dulu. Presiden justru belakangan.

Ini tragedi ganda. Yang pertama, hilangnya nyawa seorang rakyat kecil. Yang kedua, hilangnya kecepatan informasi yang semestinya jadi senjata utama seorang kepala negara.

BACA JUGA:100 Hari Pemerintahan Presiden Prabowo: Jurus Jitu Membangun Indonesia dari Desa

BACA JUGA:Ibu Mega Ucapkan Terima Kasih kepada Presiden Prabowo, Pimpinan MPR, dan Seluruh Rakyat

***

Saya jadi ingat pengalaman pribadi. Pernah suatu kali saya menunggu laporan dari seorang bawahan. Laporannya selalu manis, rapi, tak ada masalah. Sampai suatu hari, masalah itu meledak. Kenapa? Karena informasi yang buruk sengaja ”disaring” agar bos tetap tersenyum.

Rupanya, penyakit itu masih menjalar di birokrasi. Bos besar tak boleh mendengar kabar buruk. Semua laporan harus manis, seperti kue ulang tahun. Padahal, di baliknya ada racun.

***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: