Dalang X dalam Lakon Lempar Batu Sembunyi Tangan

ILUSTRASI Dalang X dalam Lakon Lempar Batu Sembunyi Tangan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Geger! Oknum Dosen dan Senior Diduga Dalangi Bullying yang Tewaskan Dokter Muda
Kita sering melihat aparat cepat menindak unggahan kecil di media sosial. Bahkan, satu kalimat bisa berujung panggilan resmi. Maka, publik wajar bertanya: jika hal kecil bisa ditangani cepat, mengapa kerusuhan besar ini dibiarkan kabur?
Kerusuhan seperti naskah, massa hanyalah pemeran. Yang sejati ada di ruang sutradara: pengarah, pengatur, pendana.
Inilah ujian sejati bagi pemerintah. Publik tidak butuh kambing hitam di atas panggung, publik menunggu keberanian menyingkap dalang. Ferry Irwandi sudah menyalakan lampu sorot ke belakang layar. Tinggal negara mau atau tidak mengarahkan sorot itu lebih terang.
Kita teringat janji Prabowo Subianto, ”saya akan menghantam mafia sebesar apa pun.” Kalimat itu bagai dialog heroik dalam sebuah lakon, membekas di ingatan publik. Kini pentas nyata telah tiba. Jika mafia besar bisa dihadapi, dalang kerusuhan ini adalah ujian yang tak kalah genting.
Sebab, mafia tak selalu berbaju kartel ekonomi atau jaringan gelap. Ada kalanya ia menjelma jaringan politik, memproduksi kerusuhan, menebar ketakutan, lalu bersembunyi di balik senyum.
Bila Prabowo konsisten dengan janjinya, inilah panggung untuk membuktikan bahwa ia bukan sekadar aktor yang lantang bicara, melainkan sutradara yang berani mengubah jalan cerita.
Sejarah bangsa menunjukkan, negeri runtuh bukan oleh lemparan batu, melainkan oleh hilangnya kepercayaan. Negara hancur saat hukum hanya berani pada yang kecil, tetapi gemetar di hadapan yang besar.
Karena itu, menyingkap dalang X bukan sekadar urusan hukum, melainkan ritual moral. Rakyat ingin bukti bahwa negara berpihak kepada kebenaran, bukan kenyamanan kekuasaan.
Hari ini lakon masih berjalan. Panggung berdiri, asap mengepul, penonton menanti akhir cerita. Setiap keterlambatan adalah tanda lakon ditarik terlalu panjang. Kerusuhan adalah drama yang ditulis dengan api. Ferry sudah memberikan prolog. Kini negara harus menutup epilog dengan menyingkap dalang X.
Dan, di sinilah nama Prabowo kembali dipanggil sejarah. Ia bisa membiarkan tabir tertutup atau menyingkapnya dengan keberanian yang pernah ia janjikan.
Pertunjukan hanya akan selesai ketika dalang berdiri di depan penonton, wajahnya terlihat, dan lakon ”lempar batu sembunyi tangan” berakhir sebagai kebenaran. (*)
*) Ady Amar adalah Kolumnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: