SEA-blings: Solidaritas Generasi Digital ASEAN yang Menguatkan Ojol Indonesia

SEA-blings: Solidaritas Generasi Digital ASEAN yang Menguatkan Ojol Indonesia

ILUSTRASI SEA-blings: Solidaritas Generasi Digital ASEAN yang Menguatkan Ojol Indonesia.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

SEPTEMBER diawali dengan viralnya sebuah video TikTok dari akun @aktaasli, seorang pengemudi ojol. Dalam videonya, ia menyampaikan rasa haru setelah menerima pesanan makanan dari seorang pelanggan yang berada di Singapura. 

Pesanan itu dijalankan di Indonesia, bukan untuk dirinya sendiri, tetapi diminta agar dibagikan kepada sesama ojol sebagai bentuk dukungan. Dukungan sederhana lintas negara tersebut terasa hangat, terlebih ketika para driver masih berduka atas gugurnya Affan Kurniawan, rekan mereka yang meninggal di tengah demonstrasi pada Agustus lalu.

Kejadian itu menjamur dan memunculkan solidaritas tak terduga dari dunia digital. Dukungan masyarakat Asia Tenggara kemudian dikenal sebagai SEA-blings, permainan kata dari siblings yang berarti saudara, diganti dengan SEA dari ASEAN untuk menegaskan ikatan lintas negara. 

Fenomena tersebut muncul di tengah demonstrasi besar demi menuntut keadilan bagi rakyat Indonesia. Bersamaan dengan itu, lahir simbol warna: brave pink dari jilbab Ibu Ana, yang berani menyuarakan kebenaran, dan hero green dari jaket Affan, driver ojol yang gugur di lapangan. 

Dua warna itu menjadi bahasa visual solidaritas yang akhirnya bergerak dari layar ponsel menjadi aksi nyata lewat aplikasi makanan.

DARI SIMBOL KE SOLIDARITAS

Kemunculan SEA-blings menunjukkan bahwa solidaritas di era digital tidak berhenti pada simbol semata. Brave pink dan hero green menjadi pintu masuk, tetapi yang membuatnya bermakna adalah bagaimana simbol itu diterjemahkan ke dalam tindakan nyata. 

Dari layar ponsel, solidaritas bergerak ke jalanan, bahkan melintasi batas negara melalui aplikasi makanan. Peralihan itu menandai babak baru: solidaritas tidak lagi sekadar ditandai oleh warna dan slogan, tetapi hadir dalam bentuk nyata yang langsung dirasakan para pengemudi ojol. 

Awalnya, warna hanya jadi tanda keberanian dan duka. Namun, seorang pengguna X asal Thailand, @singhyam, menemukan cara untuk menerjemahkan simbol itu menjadi tindakan solidaritas nyata. 

Dengan bahasa Inggris sederhana, ia menulis thread tentang bagaimana cara memesan GrabFood dari luar negeri untuk ojol Indonesia yang masih mencari nafkah di jalanan. Ajakan itu viral, memantik warga Malaysia, Filipina, Singapura, hingga Inggris untuk ikut mengirim makanan dan minuman bagi para pengemudi ojol.

Lonjakan itu bahkan tercatat oleh Grab Indonesia. Director of Mobility, Food and Logistics Grab Tyas Widyastuti menyebutkan, ada peningkatan pesanan GrabFood selama sepekan, termasuk dari akun dengan kode nomor luar negeri. 

Bagi perusahaan, data itu mengejutkan. Bagi publik, ia jadi bukti bahwa solidaritas digital bisa melampaui batas negara.

Fenomena tersebut adalah bentuk nyata dari pernyataan Marcel Mauss (1925) dalam karyanya, The Gift. Ia menyebutkan bahwa pemberian bukan sekadar transaksi, melainkan juga hadiah yang menumbuhkan ikatan sosial. 

Makanan yang dipesan dari Kuala Lumpur atau Manila untuk ojol di Jakarta mengandung makna lebih dari sekadar ”pesanan online”. Ia adalah tanda keterhubungan. Yang memberikan merasa dekat, yang menerima merasa dihargai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: