Merawat Ingatan Keabadian Ilmu
ILUSTRASI Merawat Ingatan Keabadian Ilmu.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
”DULU gaji guru kecil, Mas. Anak saya dua, kuliah semua, setiap pagi saya ngojek di Stasiun Wates untuk menutupi kebutuhan,” kenang Bapak pengemudi ojek online (ojol) pensiunan guru pegawai negeri sipil (PNS) yang mengantar saya Sabtu pagi, 22 November 2025. Pensiun tak membuatnya berhenti beraktivitas.
”Kok kowe ngoyo men tho, Sum (kenapa harus kerja keras, Sum)?” ceritanya menirukan celoteh teman. Namun, Bapak itu bergeming. Ngojol –menjadi pengemudi ojok online– menjadi pilihan untuk mengisi waktu luang. ”Betul, Pak, untuk aktivitas, agar tetap sehat dan bugar,” kata saya.
Ojol tampaknya menjadi pilihan menarik bagi pensiunan. Saya sering bertemu dengan mereka, bahkan yang masih aktif bekerja pun menjadikan ojol sebagai sampingan pekerjaan. Tentunya, pilihan itu di tengah gaji yang belum memadai dan kebutuhan hidup yang kian meninggi.
BACA JUGA:Tiga Generasi Emas, Satu Napas Perjuangan: Ilmu, Keikhlasan, dan Pengabdian untuk Negeri
BACA JUGA:Menghidupkan Ilmuwan yang Kritis dan Berpihak
Tidak hanya di sektor swasta yang gelisih. Pegawai negeri sipil (PNS) pun demikian. Guru PNS sekian tahun lalu memang belum sejahtera seperti guru sekarang. Saat ini guru PNS sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, guru sekian tahun lalu masih harus mengerjakan hal lain agar dapur tetap mengepul. Di tengah pandangan baik tentang guru, kita sering mendengar cerita perih dari mereka.
Profesi guru dianggap sangat mulia. Pemuliaan itu pun sering kali tidak sebanding dengan penghasilan yang mereka terima. Gaji satu bulan tidak cukup untuk kebutuhan hidup seminggu. Mereka harus ”ngakali” hidup dengan banyak kerja selain tugas pokok mengajar.
Namun, perjuangan mereka berbuah berkah yang banyak. ”Alhamdulillah, sekarang dua anak saya sudah mentas dan menduduki jabatan strategis, Mas,” ujar Bapak Ojol. ”Ini berkah dari njenengan sebagai guru pejuang, Pak,” balas saya.
BACA JUGA:Kisah Inspiratif Mahasiswa IISMAVO: Menimba Ilmu di Dunia Internasional
BACA JUGA:Merajut Kembali Jalur Keilmuan dengan Mesir dan Diplomasi Antiradikalisme
BASIS ILMU
Kisah sukses dan berkah bapak dan ibu guru tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak menyejahterakan mereka. Kesejahteraan guru terus menjadi pekerjaan rumah (PR) seorang menteri. Termasuk Mas Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Profesor Abdul Mu’ti.
Profesor Mu’ti sudah punya serangkaian agenda untuk itu. Salah satunya dengan meningkatkan kemampuan/skill guru. Saat guru makin banyak pengetahuan dan kemampuan, kesejahteraan meningkat.
Strategi peningkatan kesejahteraan memang tidak hanya dengan menaikkan gaji/tunjangan –walaupun itu juga harus terus diusahakan. Basis pengetahuan tersebut perlu dibangun agar guru kian berdaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: