Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (32): Hangat Tehnya, Hangat Sambutannya

ENAM PEREMPUAN suku Dong melantunkan lagu untuk menghibur para jurnalis peserta program CIPCC.-Doan Widhiandono-
Di balik majunya wajah industri, Tiongkok menyimpan tradisi leluhur yang masih berdenyut. Termasuk di meja makan.
PETANG 17 September 2025, kereta cepat meninggalkan Nanning menuju Liuzhou. Kota industri di Provinsi Guangxi itu sudah berpendar lampu saat kami tiba.
Dari stasiun, rombongan diarahkan ke Dongzhai Chuniang Restaurant. Itulah tempat pertama kami bersentuhan dengan budaya suku Dong.
Ritual dimulai dengan air. Bukan pada gelas, tetapi dituangkan dari bejana bergagang langsung ke tangan tamu. Perempuan berbusana biru khas Dong melakukannya.
Ah, sejak awal, suasana sudah berbeda…
Kami juga disambut dengan musik. Instrumen mirip gitar dengan empat dawai dipetik lembut. Dua dawai tengahnya disetel dengan nada yang sama tingginya. Bunyi yang tidak mungkin sumbang meski dimainkan pemula. Senarnya dirancang mengikuti nada pentatonis khas Dong. Nada sederhana. Tetapi penuh nuansa filosofi keteraturan dan keselarasan.
Saya sempat mencoba memainkan ’’gitar’’ itu. Ternyata tak sulit. Nada apa pun yang dipetik selalu pas. Di mana pun tangan ditempatkan pada leher gitar, nada yang muncul pasti merdu.
Beberapa teman saya, peserta program China International Press Communication Center (CIPCC) yang kami ikuti hingga Desember 2025, melongo. Mereka mungkin heran: betapa hebatnya saya sebagai seniman musik. Padahal…
Di restoran itu, kami tidak hanya makan. Kami juga mendapat suguhan oil tea. Tidak hanya disajikan, tetapi dibuatkan langsung di tempat. Dua perempuan—masih berpakaian ala suku Dong—memasak teh itu di panggung. Di depan tempat kami makan malam.
TEH MINYAK sedang dimasak untuk para jurnalis peserta program CIPCC.-Doan Widhiandono-
Oil tea (油茶/yóuchá) lahir dari keseharian suku Dong di pegunungan selatan Tiongkok. Bukan teh biasa. Bahannya adalah campuran rebusan beras yang disangrai, kacang, jahe, dan rempah.
Cara memasaknya seperti pertunjukan teatrikal. Beras digoreng sampai cokelat, daun teh ditumbuk, lalu semuanya direbus dengan minyak dalam wajan panas. Hasilnya cairan kental, gurih, sekaligus hangat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: