Rupiah Terancam Tembus Rp17.000 pada Oktober 2025, Ekonom: Ini Titik Kritis

Rupiah tertekan di tengah penguatan dolar global. Kurs jual dolar di bank-bank nasional kini mendekati ambang Rp17 ribu.--
HARIAN DISWAY - Nilai tukar rupiah melemah hingga menyentuh Rp16.800 per dolar AS, mendorong sejumlah bank mulai menjual dolar mendekati ambang Rp17 ribu.
Pengamat ekonomi dan mata uang Ibrahim Assuaibi memperingatkan bahwa level ini menjadi titik kritis yang bisa membuka jalan bagi pelemahan lebih lanjut.
BACA JUGA:Rupiah Melemah ke Rp16.634, Tekanan Datang dari Kebijakan Pemerintah dan Penguatan Dolar AS
“Kalau seandainya tembus di level Rp 16.800, ada harapan bahwa dalam bulan Oktober, rupiah tembus di Rp 17.000, itu sangat mungkin sekali terjadi,” ujarnya dikutip CNBC Indonesiaa pada Kamis, 25 September 2025.
Merespons tekanan pasar, bank-bank pun mulai menetapkan kurs jual dolar AS di kisaran Rp16.700 hingga Rp16.855.
BACA JUGA:Mata Uang Asia Kompak Melemah, Rupiah Tembus Rp16.560 per Dolar AS
Berdasarkan data per 25 September 2025, kurs e-rate BCA tercatat Rp16.740 untuk beli dan Rp16.760 untuk jual, sementara BRI mematok Rp16.598 dan Rp16.799.
BNI dan Bank Mandiri menawarkan special rate dengan harga beli masing-masing Rp16.740 dan Rp16.705, serta harga jual Rp16.775 dan Rp16.745.
BACA JUGA:Rupiah Tertekan Gejolak Demo, Tembus Rp16.499 per Dolar AS
Di segmen bank notes, OCBC NISP menetapkan kurs jual tertinggi di Rp16.855, sedangkan Bank Sinarmas menjual dolar di Rp16.795.
Sebagai informasi tambahan, pelemahan rupiah belakangan ini dipicu oleh menguatnya dolar AS secara global, seiring ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
BACA JUGA:Strategi BNI untuk Menjaga Kinerja di Era Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah
Kondisi tersebut mendorong investor beralih ke aset dolar yang dianggap lebih aman, sehingga menekan mata uang negara berkembang termasuk Indonesia.
Selain faktor eksternal, tekanan juga diperkuat oleh minimnya sentimen positif dari dalam negeri yang mampu menahan laju pelemahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: