Indeks Inovasi

Indeks Inovasi

ILUSTRASI Indeks Inovasi Indonesia tahun 2025.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

INI kabar kurang menyenangkan bagi kita. Indonesia menduduki peringkat ke-55 dari 139 negara dalam indeks inovasi global (GII) 2025 yang dirilis World Intellectual Property Organization (WIPO). Peringkat Indonesia itu turun jika dibandingkan dengan tahun 2024 yang berada di posisi ke-54. Lebih rendah daripada Vietnam yang berada di posisi ke-44 dan Filipina (50). 

Meski hanya angka, indeks inovasi itu menggambarkan banyak hal. Dirjen WIPO Daren Tang menyebut GII  memetakan inovasi di seluruh dunia. Ekonomi yang maju paling cepat di GII adalah ekonomi yang memandang inovasi sebagai mesin utama ketahanan, pertumbuhan, dan daya saing.

GII mengukur peringkat negara berdasar tujuh komponen utama. Lima dari input dan dua dari output. 

BACA JUGA:Indeks Inovasi Indonesia Naik, Pemuda Indonesia Siap Berdaya Saing

Dari segi input inovasi, komponen yang diukur adalah institusi, sumber daya manusia dan penelitian, infrastruktur, kemutakhiran pasar, dan kemutakhiran bisnis. Sementara itu, dari sisi output, ada dua komponen inovasi yang diukur. Output pengetahuan dan teknologi serta output kreatif.

Dari sisi input inovasi, Indonesia menduduki peringkat ke-60. Sedangkan dari sisi output inovasi, Indonesia menduduki peringkat ke-59. Dari tujuh komponen itu, Indonesia menempati peringkat ke-39 dengan skor 61,63 untuk komponen institusi. 

Dari komponen SDM dan penelitian,  Indonesia menempati peringkat ke-92 (skor 24,44) dan peringkat ke-71 dalam infrastruktur (skor 41,57). Dalam kemutakhiran pasar, Indonesia ada di peringkat ke-50 (skor 40,63), pemutakhiran data di peringkat ke-83  (skor 26,52). 

Sementara itu, Indonesia menempati peringkat ke-70 (skor 20,58) dalam output pengetahuan dan teknologi serta peringkat ke-58 (skor 26,73) dalam output kreatif.

Melihat skor dan posisi Indonesia dalam GII, tampak bahwa kita sangat ketinggalan dalam hal inovasi. Indonesia masih tertinggal –bahkan oleh Vietnam dan Filipina. Apalagi, dengan Korea Selatan (Korsel) yang menempati posisi tertinggi di level Asia. Negeri Ginseng itu ada di peringkat keempat GII. 

Korsel memang luar biasa dalam hal inovasi. Meski, masih jauh jika dibandingkan dengan Swiss dan Swedia yang menempati peringkat pertama dan kedua soal inovasi. Di antara 78 indikator rinci, Korea menduduki peringkat pertama dunia dalam tiga indikator. 

Permohonan paten Korsel dibandingkan produk domestik bruto (PDB), layanan daring pemerintah untuk infrastruktur teknologi dan ilmu pengetahuan, serta total pengeluaran untuk riset dan pengembangan perusahaan-perusahaan. Korsel bahkan menduduki peringkat pertama dunia selama tujuh tahun berturut-turut dalam bidang SDM/penelitian.

DORONG PERTUMBUHAN EKONOMI

Banyak indikator dalam mengukur inovasi. Namun, sumber daya manusia yang maju menjadi paling penting. SDM unggul dapat menghasilkan inovasi dan kreasi yang membantu perekonomian dan pembangunan bangsa. Soal SDM itu, Indonesia sangat tertinggal dengan skor hanya 24,44 (peringkat ke-90). 

Inovasi jelas banyak terkait dengan ekonomi. Inovasi mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan produk dan layanan baru, meningkatkan efisiensi proses produksi, membuka pasar baru, dan menciptakan lapangan kerja. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait