Sains di Balik Perubahan Logat Taylor Swift: Benarkah Cara Bicara Bisa Berubah?

Sains di Balik Perubahan Logat Taylor Swift: Benarkah Cara Bicara Bisa Berubah?

Hasil kajian yang dipublikasikan di Journal of the Acoustical Society of America menunjukkan bahwa aksen dan intonasi suara Taylor Swift berubah seiring dengan perjalanan musik serta kepindahannya dari satu kota ke kota lain. -Kevin Winter/TAS24/Getty-CNN

Pola ini merupakan ciri khas aksen Amerika bagian Selatan.


TAYLOR SWIFT juga mengalami perubahan logat saat sudah semakin lantang berbicara soal isu sosial, seperti seksisme dan hak musisi. -Kevin Winter/TAS24/Getty-People

Selain itu, para peneliti juga mencatat perubahan pada bunyi “oo”. Saat masih tinggal di Nashville, Taylor kerap menggunakan teknik fronting, yakni pengucapan vokal dengan posisi lidah lebih maju ke depan mulut.

Frekuensi fronting ini bahkan tercatat tiga kali lebih banyak dibanding periode kariernya yang lain.

BACA JUGA: Karma, Refleksi Taylor Swift tentang Balasan, Cinta, dan Harga Diri

BACA JUGA: Taylor Swift Kuasai Kembali Hak Master Enam Album Pertama, Akhiri Kontroversi Panjang

Nada Suara Turut Bergeser

Studi tersebut juga mengungkap perubahan pada nada suara Taylor Swift . Jika pada era Fearless dan Red nadanya cenderung sama, maka di era Lover nadanya terdengar lebih rendah.

Faktor usia kemungkinan ikut berpengaruh. Dia masih berusia 19 tahun pada periode pertama, sementara di era Lover sudah memasuki usia 30.

Namun, para peneliti melihat perubahan ini juga bertepatan dengan fase ketika Taylor semakin lantang berbicara soal isu sosial, seperti seksisme dan hak musisi.

Nada yang lebih rendah dinilai bisa menjadi strategi untuk menunjukkan otoritas saat menyampaikan pandangan. West menilai hal ini adalah “kemungkinan yang nyata.”

BACA JUGA:Travis Kelce Lamar Taylor Swift Maju 2 Minggu dari Rencana, Ini Sebabnya

BACA JUGA:Timeline Hubungan Taylor Swift dan Travis Kelce, Dari Gelang Konser Hingga Tunangan

Mengapa Logat Bisa Berubah?

Lalu, apa yang membuat seseorang mengubah aksennya? Menurut peneliti, salah satu alasannya adalah proses integrasi dengan komunitas baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: