Healing Prabowo

ILUSTRASI Healing Prabowo.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Prof Kishore Mahbubani, akademisi dan diplomat Singapura, pernah mengusulkan agar anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB dirombak. Susunan yang ada sekarang (Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Prancis, dan Inggris) merupakan warisan Perang Dunia Kedua.
PBB menjadi ajang pampasan perang bagi para pemenang PD II yang sekarang sudah tidak relevan lagi. Mahbubani dalam buku The New Asian Hemisphere (2008) mengusulkan agar keanggotan DK PBB didasarkan pada kekuatan dengara di masing-masing hemisfer. Mahbubani mengusulkan Brasil sebagai wakil Amerika Selatan dan Indonesia sebagai wakil Asia Tenggara.
Dunia internasional mengalami rekonfigurasi sekarang ini. Dalam kasus Palestina, empat di antara lima negara anggota DK mendukung kemerdekaan Palestina. Hanya Amerika Serikat yang keukeuh tidak mengakui Palestina. Amerika Serikat akan makin terisoliasi jika bersikukuh dengan keputusannya.
Pidato Prabowo dipuji, tetapi juga dikritik. Ia dianggap melemahkan komitmen Indonesia terhadap Palestina karena memberikan pengakuan bersyarat kepada Israel. Prabowo tidak tegas terhadap Israel yang melakukan pembantaian di Gaza.
Prabowo memakai istilah catasthrope, ’bencana’, untuk menggambarkan kondisi Gaza. Prabowo sama sekali tidak menyebut istilah genocide, ’pembantaian’, di Gaza.
Lepas dari kritik itu, Prabowo sudah memberikan warna baru bagi diplomasi Indonesia. Ia menegaskan komitmen Indonesia menjadi pendamai dunia dengan mengirim 20 ribu personel pasukan perdamaian.
Setelah balik ke Indonesia, Prabowo harus siap menghadapi reality check, ’kondisi tidak seindah warna aslinya’. Prabowo harus membuktikan janjinya untuk memperbaiki kondisi dunia dan memenuhi janji perbaikan ekonomi nasional. Jangan sampai janji-janji itu sekadar ”we tok de tok, onle tok de tok”. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: