ISNU Airlangga dan Kebangkitan Cendekia NU yang Percaya Diri

ISNU Airlangga dan Kebangkitan Cendekia NU yang Percaya Diri

ILUSTRASI ISNU Airlangga dan Kebangkitan Cendekia NU yang Percaya Diri.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

DI tengah arus globalisasi yang menuntut inovasi dan peran aktif dunia akademik, kabar baik datang dari Surabaya. Pada 13 September 2025, Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Cabang Istimewa Universitas Airlangga resmi dilantik di gedung Monumen Resolusi Jihad, sebuah tempat sarat makna historis. 

Pendirian cabang itu bukan sekadar agenda organisasi, melainkan sinyal kuat bahwa cendekiawan Nahdlatul Ulama siap meneguhkan kiprah mereka di ranah akademik dan publik.

Peresmian itu berdekatan dengan momentum Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober. Kebetulan yang justru menghadirkan simbolisme kuat: santri dan sarjana NU tidak lagi perlu merasa inferior, tidak perlu menutupi identitas ke-NU-annya, dan tidak pantas lagi menerima stigma kuno bahwa NU identik dengan keterbelakangan. 

BACA JUGA:ISNU Buka Cabang Khusus di Unair

BACA JUGA:ISNU Jatim Lantik Massal 26 PAC ISNU Jember

Justru sebaliknya, NU adalah rumah intelektual yang telah membuktikan diri sejak para muassis. Momentum Hari Santri mempertegas panggilan agar cendekiawan NU tampil percaya diri, mengisi ruang publik dengan karya ilmiah, inovasi, serta kepemimpinan akademik.

JEJAK HISTORIS ISNU NASIONAL

Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama lahir pada 19 November 1999 di Surabaya, dideklarasikan 35 akademisi NU. Satu dekade kemudian, pada Muktamar Ke-32 NU 2010, ISNU resmi ditetapkan sebagai badan otonom NU. 

Sejak saat itu, ISNU menjadi wadah resmi bagi para sarjana dan intelektual NU untuk membantu pelaksanaan kebijakan dan program NU di bidang keilmuan.

BACA JUGA:ISNU Dorong Semua Kampus NU Raih Akreditasi Unggul Dalam Dua Tahun

BACA JUGA:ISNU Jatim dan Minhaj Welfare Foundation Inggris Teken Kerja Sama, Dimungkinkan Buka Cabang Istimewa di UK

Perjalanan ISNU memperlihatkan komitmen kuat untuk mengonsolidasikan potensi sarjana NU. Program strategis yang dijalankan meliputi pelatihan kepemimpinan, kewirausahaan, fasilitasi beasiswa S-2/S-3, advokasi regulasi publik, hingga pemberdayaan ekonomi mikro. 

ISNU juga tak segan menyuarakan kepentingan umat dalam isu-isu kebijakan strategis. Semua itu menunjukkan bahwa NU bukan hanya ormas keagamaan, melainkan juga kekuatan intelektual yang berkontribusi nyata bagi bangsa.

Data terbaru memperkuat narasi itu: ISNU saat ini merangkul ratusan profesor dan hampir 3.000 doktor NU. Fakta tersebut sendirian sudah cukup membantah stereotipe lama yang menyebut NU sebagai organisasi tradisional atau anti-intelektual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: