Quo Vadis Kapasitas Kebijakan MBG

Quo Vadis Kapasitas Kebijakan MBG

ILUSTRASI Quo Vadis Kapasitas Kebijakan MBG.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Para pelaksana bekerja di bawah tekanan dan setengah hati atau memiliki tujuan di luar tujuan program. Para pelaksana tidak sepenuhnya menguasai permasalahan atau permasalahan yang seharusnya dapat diselesaikan berada di luar jangkauan kekuasaan. 

Jika demikian halnya, program MBG dapat dikategorikan sebagai unsuccessful implementation karena sulit memenuhi target sasaran sesuai rencana, yakni melayani sebanyak 82,9 juta penerima manfaat di akhir tahun.

ARAH MITIGASI KEBIJAKAN

Karena kebijakan dan program MBG ini merupakan program prioritas nasional yang ikonik dan menjadi penguat  legitimasi kepemimpinan saat ini, tentunya akan tetap dipertahankan dan dijalankan. 

Untuk memperbaiki program MBG untuk di kemudian hari, diperlukan empat langkah mitigasi kebijakan yang tepat. Mitigasi kebijakan adalah proses pengelolaan risiko yang melekat pada sebuah kebijakan untuk mengurangi dampak negatif dan meningkatkan efektivitasnya. 

Pertama, melakukan evaluasi kinerja program MBG secara terukur. Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan detail dengan beragam permasalahan program MBG, dibutuhkan program monev secara terukur, terjadwal dan berkelanjutan. 

Kegiatan itu untuk mengetahui secara dini persoalan yang timbul dan dapat segera untuk diambil tindakan (reactive policy) untuk jangka pendek ataupun digunakan untuk penyelesaian kebijakan jangka panjang (proactive policy). 

Kedua, memperbaiki strategi implementasi. Agar program MBG mencapai kesuksesan, diperlukan keberanian untuk melakukan penyesuaian ataupun revisi target yang lebih jelas, terukur, dan realistis terhadap kelompok-kelompok sasaran. 

Ataupun dilakukan revisi terhadap program MBG itu sendiri menjadi bentuk lain seperti pemberian mutivitamin bagi anak-anak, pemberian beras 6–10 kg kepada keluarga ataupun bantuan langsung tunai gizi (BLTG).  

Ketiga, peningkatan komitmen dan loyalitas pelaksana. Loyalitas dan komitmen para pelaksana untuk mampu melaksanakan tujuan awal program itu sangatlah dibutuhkan. Tanpa loyalitas dan komitmen yang tinggi dari pelaksana, arah program MBG yang sebenarnya lebih menekankan ”ideologis-humanistis” akan beralih menjadi program ”praksis ekonomi-politis” semata.

Keempat, kecepatan penyerapan anggaran. Dari sisi anggaran, program MBG dinilai jumbo, tetapi tingkat penyerapan sangat rendah. 

Agar penyerapan anggaran MBG lebih optimal, bisa dilakukan melalui miks program. Pertama, tetap mempertahankan program lama sesuai dengan kemampuan yang ada. 

Kedua, ada program baru dalam bentuk lainnya seperti pemberian multivitamin bagi anak-anak, pemberian beras 6–10 kg kepada keluarga ataupun BLTG bagi keluarga yang selama ini belum terjangkau. (*)  

*) Bintoro Wardiyanto adalah guru besar administrasi publik, FISIP, Universitas Airlangga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: