Surabaya sebagai Kota Salad Bowl, Dewi Meyrasyawati Bahas Keberagaman Budaya di Talkshow Disway Mandarin Debate and Speech Competition 2025

Talkshow Disway Mandarin Debate and Speech Competition 2025, 5 Oktober 2025, mengusung tema Surabaya dan Keberagaman Budaya.-Sahirol Layeli-Harian Disway
Dewi pun menyebut bahwa fakultasnya, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair, memiliki komitmen untuk memperkenalkan berbagai kebudayaan dan tempat-tempat bersejarah di Surabaya.
"Kami memiliki program Summer Courses. Para mahasiswa internasional yang melakukan studi di FIB kami ajak jalan-jalan. Seperti datang ke Kampung Pecinan, Peneleh, juga berbagai destinasi wisata di kota ini. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mereka," ungkapnya.
Summer Courses pun memiliki tujuan lainnya. Yakni agar para mahasiswa asing dapat mempelajari kebudayaan di Indonesia, khususnya Surabaya, dan belajar memahami Bahasa Indonesia.
Bahkan, FIB berencana membuka program studi baru. Yakni Bahasa dan Sastra Tiongkok. Namun, rencana itu masih dalam pembahasan.
"Tim dekanat FIB masih melakukan pembahasan tentang visibilitas, peluang, animo, dan lain-lain. Semoga saja prodi baru Bahasa dan Sastra Tiongkok bisa benar-benar terwujud secepatnya. Kita tunggu perkembangan selanjutnya," ungkapnya.
Guruh juga bertanya terkait seberapa penting penguasaan Bahasa Mandarin dalam konteks masa kini. Terlebih, dalam konteks global.
Dewi menyebut bahwa saat ini semua orang disebut sebagai "global citizen". "Kita semua adalah warga dunia. Batas-batas itu telah melebur. Kita bisa bercakap-cakap, bahkan menjalin koneksi dengan orang yang berada di tempat yang jauh. Salah satunya melalui media sosial," ungkapnya.
Fenomena itu merupakan bagian dari konsep post-postmodern. Melampaui postmodernitas. "Maka, Bahasa Mandarin jadi bahasa yang penting untuk dikuasai. Posisinya ada pada nomor dua dalam urutan PBB setelah Bahasa Inggris," katanya.
"Sebab, di berbagai belahan dunia ini sangat banyak penutur Bahasa Mandarin. Saya harap ajang yang diinisiasi Harian Disway ini dapat memperkaya pengetahuan kita. Termasuk para generasi muda, demi meningkatkan kemampuan berbahasa Mandarin," ungkapnya.
Dewi memungkasi talkshow tersebut dengan sebuah pesan. Dia mengatakan, "Bahasa adalah alat utama kita. Sebagai penunjang untuk berinteraksi dengan warga dunia. Sebab pada era global citizen, komunikasi itu yang paling utama." (*)
*)Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Jerman, Universitas Negeri Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway