Pancasila dalam Denyut Nadi Talenta Muda Indonesia
Ilustrasi-suarausu.or.id-
Data menunjukkan talenta Indonesia yang secara eksplisit menampilkan nilai-nilai Pancasila dalam profil profesional mereka mendapat lebih banyak tawaran dari perusahaan multinasional. Ini mengindikasikan pasar global mulai menghargai keunikan yang dibawa SDM Indonesia. Jalan masih panjang dan berliku. Indonesia menghadapi tiga ujian besar dalam dekade mendatang. Pertama, mempertahankan nilai-nilai Pancasila di tengah gempuran radikalisme dan polarisasi. Data menunjukkan persentase signifikan pelajar di kota besar terpapar paham intoleran.
Kedua, memastikan transformasi digital tidak meninggalkan siapa pun. Jutaan pekerjaan diprediksi akan tergantikan otomasi, sementara pekerjaan baru yang muncul membutuhkan keterampilan berbeda. Ketiga, memanfaatkan bonus demografi. Kegagalan bisa mengubah bonus menjadi bencana—pengangguran massal dan instabilitas sosial.
BACA JUGA:Hari Kesaktian Pancasila 2025: Sejarah, Tema, dan Makna Bagi Kehidupan Sehari-Hari
BACA JUGA:Bedah Buku dan Seminar Panasonic Gobel Uraikan Kesuksesan Industri Berlandaskan Pancasila
Dari Lubang Buaya ke Dunia Maya
Enam puluh tahun silam, di Lubang Buaya, bangsa ini nyaris kehilangan Pancasila. Tragedi yang merenggut nyawa para pahlawan revolusi menjadi ujian terberat ideologi bangsa. Namun Pancasila terbukti tangguh—bertahan, beradaptasi, dan kini menemukan wujud baru di era digital. Generasi terdahulu mempertahankan Pancasila dengan pengorbanan fisik. Generasi sekarang mempertahankannya melalui inovasi yang membawa kebaikan bagi sesama. Cara berbeda, tujuan sama: Indonesia yang adil dan beradab. Inilah kesaktian Pancasila yang sesungguhnya—kemampuannya bertransformasi tanpa kehilangan esensi, menjadi ruh yang menghidupkan setiap generasi dengan cara yang sesuai zamannya.
Sore menjelang di sudut kota. Para profesional muda baru saja menyelesaikan negosiasi penting dengan investor global. Pertanyaan mengapa tetap memilih berbasis di Indonesia memiliki jawaban sederhana namun mendalam: di sinilah akar mereka, di sinilah mereka ingin tumbuh dan menumbuhkan. Ketika waktu ibadah tiba, keberagaman menjadi kekuatan.
Yang Muslim menunaikan salat, yang Kristiani membantu menyiapkan ruang, yang Hindu menyediakan makanan berbuka, sementara yang lain melanjutkan pekerjaan. Tidak ada yang merasa terganggu atau superior. Inilah Indonesia—dengan segala keberagaman dan tantangannya. Pancasila bukan sekadar lima sila yang dihafalkan, melainkan nilai yang dihidupi, diinterpretasikan, dan diaktualisasikan sesuai konteks zaman.
BACA JUGA:Bedah Buku dan Seminar Panasonic Gobel Uraikan Kesuksesan Industri Berlandaskan Pancasila
Di tangan generasi muda, Pancasila menemukan tafsir baru yang segar dan dinamis. Mereka membuktikan bahwa menjadi modern tidak berarti meninggalkan jati diri. Justru dengan berpegang pada nilai-nilai luhur, SDM Indonesia menemukan keunikan yang menjadi kekuatan di panggung global. Perjalanan masih panjang. Tantangan terus bermunculan. Namun selama Pancasila tetap menjadi panduan, selama gotong royong masih menjadi cara kerja, selama keberagaman tetap menjadi kekuatan, Indonesia memiliki modal untuk mewujudkan cita-cita menjadi bangsa yang maju tanpa kehilangan jiwa. (*)
*) Mahasiswa S3 PSDM Universitas Airlangga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: