Perjalanan Kritikus Sastra Nanda Alifya Rahmah, Peraih Anugerah Sutasoma 2025

Mengikuti perjalanan hidup kritikus sastra muda, Nanda Alifya Rahmah.-@nandaarah-
"Rasanya jauh sekali untuk menjadi seperti Pak Indra saat itu. Saya enggak berani bersinggungan langsung dengan beliau saat berada di kampus," ujar Nanda.
Kekaguman Nanda terhadap Indra sangat besar. Itulah yang melatarbelakangi keputusannya untuk bergabung dalam komunitas yang sama dengan idolanya. Yakni Teater Gapus Surabaya.
Potret kedekatan Nanda (paling kanan) dengan anggota komunitas Teater Gapus Surabaya di acara Cangkrukan Diancuk Jaran, 17 Oktober 2025.-Nazwarahma-HARIAN DISWAY
Sebagai seorang introvert, Nanda hampir selalu duduk paling belakang di setiap forum diskusi komunitas itu.
BACA JUGA:Kelas Penulisan Prosa dan Puisi Teater Gapus Hadirkan Penyair dan Prosais Top
Dia mengaku bahwa kala itu dirinya hanya berani mengikuti alur percakapan secara pasif. Kemudian membedah naskah-naskah sastra secara mandiri di rumah.
Namun, takdir mempertemukan mereka. Melalui ajang kontes cipta puisi yang digelar HIMA Sasindo UNAIR kala itu, puisi Nanda dikuratori Indra Tjahyadi.
Sejak saat itu, Indra kerap menyemangati Nanda. Memintanya untuk terus menulis karya puisi. Hingga pada 2014, perempuan asli Surabaya itu memenangkan Juara I Penulisan Puisi Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) XII di Palangka Raya.
Saat ini, Nanda fokus menjadi kritikus sastra dan aktif mengajar di program studi Bahasa dan Sastra Indonesia UNAIR.
BACA JUGA:5 Pekerjaan Untuk Lulusan Sastra Indonesia, Salah Satunya Bisa Jadi Filolog
Melihat perkembangan sastra di Indonesia, Nanda berharap anak muda, khususnya mahasiswa Sasindo bisa memahami peran mereka.
Pertama, harus menerima kenyataan kalau mereka anak sastra. Lalu yang kedua, bertanggung jawab untuk setia di situ.
Perempuan kelahiran 1994 itu bertekad untuk menyadarkan sastrawan muda. Bahwa kondisi sastra di Indonesia memang belum ideal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: