Teater Gapus Ramaikan Malam Sastra Festival Seni Balai Pemuda dengan Puisi F Aziz Manna dan Indra Tjahjadi
Teater Gapus saat menampilkan Puisi Oncoran karya F. Aziz Manna di Malam Sastra Festival Seni Balai Pemuda-Majalyn Nadiranisa Rakaputri/HARIAN DISWAY-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Aktor Aulina Destya Putri duduk di sebuah kursi, di tengah halaman Balai Pemuda, Surabaya.
Kedua kakinya disatukan rapat. Kain hitam dipasang menutup seluruh tubuhnya. Perlahan denting gitar akustik berlantun lembut. Puisi karya F Aziz Manna, Piatu, disenandungkan.
Regina Nirmala Jawa, aktor sekaligus pembaca puisi menyingkap kain hitam yang menyelimuti tubuh Destya. Dia tertelungkup, seperti dicekam ketakutan dan kesedihan yang teramat sangat.
Destya dan kain hitam itu merupakan interpretasi dari puisi Oncoran, yang dilanjutkan dengan pembacaan puisi Piatu karya Aziz pula.
BACA JUGA: Musikalisasi Puisi Ramaikan Pestra FIB Unair
"Proses membuka kain itu sebagai penanda peralihan ke puisi selanjutnya, Piatu. Lalu Hikayat Pejalan Malam," ujar Jawa, ketika diwawancarai usai pementasan.
Destya mengambil payung dan senter, mengarahkan sorotnya pada tiap penonton, juga pada dirinya. Seolah hendak mencari jalan terang atas masalah yang melandanya. Seakan tak menemukan jawaban, dia melempar benda itu ke segala arah.
Kembali duduk dan bersedih. Aktor Velina Chandra Azzahra (Ve) muncul dengan gaun putih. Ekspresinya riang. Dia menari-nari, menghampiri Destya untuk mengajaknya bergembira. Menyapukan brush make up pada wajahnya, mengusap rambut dan memeluknya. Tapi Destya tak bergeming.
BACA JUGA: Memperingati Hari Puisi Nasional, Inilah 7 Penyair Indonesia dengan Karyanya
Hingga Ve sedikit memaksa, Destya agak terpaksa mengikutinya. Dalam gesture yang muncul, Destya seperti diajak belajar menari, belajar tersenyum. Hikayat Pejalan Malam dibacakan. Namun, puisi Piatu tetap dilagukan sebagai latarnya.
Perlahan, Destya menikmati gerakan itu. Dia tersenyum, lalu tertawa. Peralihan emosi yang berhasil dibawakan dengan bertahap.
Puisi Piatu lekat dengan memori-memori masa kecil. Pengalaman seseorang ketika merasakan rindu dan kesepian.
“Naskah puisi itu 'aku' liris. 'Aku' sebagai subjek yang mengalami kesendirian. Tanpa sosok seorang ibu,” jelas Igo Marvel, yang memainkan musik dalam pementasan tersebut.
BACA JUGA: Kelas Penulisan Prosa dan Puisi Teater Gapus Hadirkan Penyair dan Prosais Top
Sedangkan Hikayat Pejalan Malam merupakan penggambaan keadaan seseorang yang sedang sulit menemukan jalan keluar dari permasalahan hidup.
“Kedua puisi itu sama-sama menceritakan seseorang yang terperangkap dalam ruang yang diciptakannya sendiri. Ruang kesendirian, kesedihan, dan keinginan untuk kembali mengulang kenangan-kenangan indah,” ungkap Jawa.
Itu merupakan pementasan teater sekaligus musikalisasi puisi yang dibawakan oleh Teater Gapus, dari Fakultas Ilmu Budaya Unair. Sebagai bagian dari Malam Sastra Festival Seni Balai Pemuda 2023 yang berlangsung pada Kamis, 12 Oktober 2023.
Selain Teater Gapus, Malam Sastra tersebut diramaikan oleh empat komunitas sastra lainnya. Seperti mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas PGRI Adi Buana, komunitas Malam Puisi Sidoarjo, komunitas Rabo Sore (Unesa), dan mahasiswa prodi Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. (Rizquna Qurrota)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: