Musikalisasi Puisi Ramaikan Pestra FIB Unair

Musikalisasi Puisi Ramaikan Pestra FIB Unair

Finalis dari SMAN 16 Surabaya bawakan musikalisasi puisi "Sajak Cinta" karya Mustofa Bisri.-Hima Sastra dan Bahasa Indonesia Unair-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Musikalisasi puisi sejauh ini masih dalam perbincangan panjang. Apakah sekadar alih-media puisi menjadi lagu, ataukah membaca puisi dengan iringan musik dapat disebut musikalisasi puisi?

Di balik semua itu, Hima Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Unair, menggelar Pekan Bahasa dan Sastra (Pestra).

Salah satu kompetisi yang diadakan untuk para pelajar tingkat SMA adalah musikalisasi puisi.

"Selain itu kami menggelar lomba monolog, baca puisi, penulisan puisi dan resensi buku," ujar Syifa Rahmadina, koordinator lomba Pestra. Untuk semua perlombaan telah dilakukan proses seleksi yang ketat.

BACA JUGA:Guru Besar HI Unair Prof I Gede Wahyu Wicaksana: Indonesia Rugi Kalau Non Blok

BACA JUGA:Unair Kukuhkan 7 Guru Besar, Berikut Daftarnya...

Dari puluhan peserta, terdapat empat finalis lomba musikalisasi puisi dari berbagai daerah. Yakni SMAN Model Terpadu Bojonegoro, dua tim dari SMAN 1 Mojokerto (Astungkara 1 dan 2) serta SMAN 16 Surabaya.

Berbagai puisi diinterpretasi oleh masing-masing peserta. Yakni Sajak Cinta (Mustofa Bisri), Cinta yang Agung (Kahlil Gibran), dan Tanpa Mula tanpa Akhir (Fiersa Besari).

Penentuan juara musikalisasi puisi itu digelar pada 3 Oktober 2023 di Ruang Siti Parwati, lantai 2 FIB. Dewan juri yang dihadirkan adalah Yusniar Eka, musisi sekaligus produser musik muda dari Surabaya, serta musisi Guruh Dhiemas.

Bagi Yusniar, peserta bebas menginterpretasi puisi dalam pentas mereka. Boleh dibacakan dengan iringan musik atau dilagukan secara penuh. "Bisa juga di-combine. Ada yang membacakan, ada yang menyanyikan," ujarnya.

Pengolahan nada, gaya bernyanyi serta pemilihan genre yang dibawakan tentu mencerminkan interpretasi mereka terhadap puisi.

Puisi yang menurut banyak orang bertema romantis, bisa diterjemahkan lain. Seperti tim Astungkara 2 yang membawakan puisi Fiersa Besari.

BACA JUGA:Transformasi Pendidikan ala Prodi Sarjana Terapan Teknologi Veteriner Unair

BACA JUGA:Khofifah Ajak IKA Unair UK Berkontribusi pada Pembangunan IKN

Mereka membawakannya dengan gaya riang. Pun dengan pembagian vokal yang apik dari kedua vokalisnya.

"Itu salah satu keunikan. Bagaimana romantisme yang mendayu dalam puisi Fiersa, dibawakan dengan gaya rancak. Romantis pun bisa rancak juga," ungkap pria 27 tahun itu.

Finalis dari SMAN Model Terpadu Bojonegoro membawakan puisi Sajak Cinta karya Mustofa Bisri dengan musik bernuansa syahdu.

Permainan biola ditunjang dengan nyanyian bersahut-sahutan antara semua player. Pada bagian awal dan akhir, mereka membaca bait-bait puisi tersebut.

Semua finalis tersebut menyenandungkan puisinya secara berurutan. Mereka memulai dari bait awal hingga akhir. Bagi Yusniar, itu tak masalah.

"Mungkin kebutuhan komposisinya memang seperti itu. Padahal jika memusikalisasi puisi, seniman bebas untuk merombak baitnya. Menyanyikannya tak harus sesuai urutan," ujar musisi yang aktif pula dalam Teater Gapus FIB Unair itu.

Dari keempat finalis itu akan diambil dua juara. Mereka akan diundang tampil dalam malam puncak Pestra yang digelar pada 28 Oktober 2023 di FIB Unair. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: