Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (71): Ragam Etnis Tak Lagi Lima

Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (71): Ragam Etnis Tak Lagi Lima

UMBI-UMBIAN menjadi salah satu menu makan malam bersama suku Lisu, 20 Oktober 2025.-Doan Widhiandono-

Setiap wilayah otonomi memiliki karakteristik unik. Di Xinjiang, Uygur mendominasi sekitar 45%, sedangkan Han sekitar 42%. Di Tibet, sebanyak 86% adalah etnis Tibet. Di Ningxia, Hui memiliki populasi sekitar 35%.

Keragaman ini, katanya, bukan hanya angka. Ia membentuk budaya, pendidikan, dan pola hidup masyarakat. 

Tiongkok pun fokus pada pemerataan taraf hidup etnis-etnis minoritas. Terutama lewat program Great Development of the West. Membangun wilayah barat (pegunungan) yang sebelumnya tertinggal dari kawasan pesisir timur.

Pembangunan di barat digencarkan. Jalan desa yang dulu berdebu kini tersambung ke jalur utama, memudahkan pengiriman hasil tenun dan sayur. Kereta cepat dan jembatan besar memungkinkan akses ke kota-kota besar. 

BACA JUGA:ITCC Lepas 250 Calon Mahasiswa ke Tiongkok, Gelar Sharing Session Knowledge is Power Bersama Dahlan Iskan

BACA JUGA:Pelepasan 250 Mahasiswa ITCC Diiringi Kesenian Khas Dayak dan Peluncuran Kompetisi Bahasa Mandarin

Lalu, ada program one-help-one. Satu sekolah dari kawasan pesisir timur harus mendukung satu sekolah di kawasan barat.

Secara nasional, kata Prof He, pemerintah juga terus bergerak. Mereka punya undang-undang khusus. Yakni, UU Otonomi Etnis Regional. Ada 13 pasal yang mewajibkan pemerintah membantu pembangunan wilayah otonomi. Pemerintah membantu proyek infrastruktur, peningkatan ekonomi, dan keragaman industri lokal.

Keragaman itulah yang dirasakan oleh peserta program China International Press Communication Center (CIPCC) di Yanbian, Provinsi Sichuan, 20 Oktober 2025. Budaya lokal begitu kuat. Ibu-ibu menata kerajinan, lelaki tua memainkan seruling di tanah lapang di depan rumah tradisional. Mereka berpakaian khas suku Lisu yang kemudian mendunia lewat Paris Fashion Week.


PEMAIN SERILING melantunkan lagu-lagu tradisional di depan para jurnalis.-Doan Widhiandono-

Dan akhirnya, pengalaman itu mencapai puncaknya di meja makan malam bersama keluarga Lisu. Hidangan sederhana tapi kaya rasa. Aneka umbi-umbian, kentang, ketela, kacang, kue jagung, dipadukan dengan sup, ayam, dan bebek. Dan itu bukan satu-satunya pengalaman dengan suku minoritas yang kami rasakan di Sichuan… (*/bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: