Pelaku Peledakan di SMAN 72 Jakarta Utara: Anak Broken Home
ILUSTRASI Pelaku Peledakan di SMAN 72 Jakarta Utara: Anak Broken Home.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Apakah perceraian ortu berpengaruh terhadap anak sehingga anak jadi korban bullying sehingga jadi anak bengal?
Dikutip dari National Centre for Biotechnology Information (NCBI) November 2008, berjudul Parental Divorce and Adolescent Delinquency: Ruling out the Impact of Common Genes, diungkapkan hal itu.
Artikel tersebut hasil riset empat psikolog Amerika Serikat (AS). S Alexandra Burt dan Ashlee R Barnes dari Michigan State University. Lalu, Matt McGue dan William G. Iacono dari University of Minnesota.
Diungkapkan, antara ortu bercerai dan anak-anak dari ortu bercerai itu nakal punya hubungan kuat. Namun, secara etiologi (penyelidikan ilmiah tentang penyebab) relatif sedikit diketahui.
Artinya, meski umumnya diasumsikan bahwa kenakalan remaja berasal dari lingkungan rumah mereka, sehingga perceraian orang tua dapat mengganggu perilaku anak, mediasi genetik juga dimungkinkan.
Masalah perilaku yang sering ditemukan pada anak-anak korban perceraian dapat berasal dari patologi serupa pada orang tua kandung mereka. Disebut patologi yang diwariskan.
Dengan kata lain, orang tua dapat mewariskan gen kepada keturunan biologis mereka yang meningkatkan risiko kenakalan remaja dan risiko paparan perceraian (saat anak itu menikah kelak).
Kemungkinan terakhir itu merupakan teori inti dalam bidang genetika perilaku perkembangan. Disebut sebagai korelasi gen-lingkungan pasif.
Sederhananya, kenakalan remaja, antara lain, diturunkan secara genetik oleh ortu mereka yang juga dianggap nakal (tidak bertanggung jawab atas anak-anak mereka atau antisosial) sehingga mereka bercerai.
Tim peneliti berharap, peneliti pada masa depan meneliti pengaruh genetik pada kenakalan memengaruhi risiko perceraian.
Misalnya, peneliti masa depan dapat bertanya apakah asosiasi tersebut berasal dari asosiasi genetik umum dengan emosionalitas negatif?
Alternatifnya, mereka dapat bertanya apakah asosiasi tersebut merupakan fungsi dari perkawinan asortatif (kecenderungan individu memilih pasangan yang mirip dengannya) untuk perilaku antisosial.
Dengan demikian, mereka yang memiliki kecenderungan itu memilih pasangan seperti diri mereka sendiri sehingga secara tidak langsung memilih kemungkinan perselisihan perkawinan dan perceraian.
Kasus pelaku peledakan SMAN 72 dikaitkan dengan riset tersebut, menimbulkan asumsi begini: pantas saja anak itu nakal, ortunya pun bercerai.
Pengaitan itu cuma asumsi. Belum ada riset mendalam tentang latar belakang hidup Fadel. Dari latar belakang itulah bisa diketahui, mengapa ia sering di-bully teman-temannya. Apa yang ia lakukan sehingga ia di-bully?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: