Pable Konsisten Seimbangkan Produksi dan Konservasi Alam di Anniversary ke-5
Pable merayakan anniversary ke-5 dengan mengadakan talkshow bersama ChopValue untuk meningkatkan kesadaran lingkungan.-- Pable
HARIAN DISWAY - Peringati hari jadi ke-5, Pable mengadakan open house akhir pekan dengan tema Playble. Tema tersebut menjadi penyemangat perjalanan Pable menuju sirkularitas.
Open house digelar Minggu, 9 November 2025, di Pable warehouse, kawasan Rungkut. Acara untuk umum itu diramaikan dengan pameran produk, workshop, dan talkshow.
Sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang memanfaatkan tekstil daur ulang menjadi produk siap pakai, Pable merasa perlu dukungan publik agar bisa terus berinovasi dan konsisten di jalur ramah lingkungan.
BACA JUGA:ARTSUBS dan Pable Indonesia Gelar Workshop Kerajinan Tas Makrame dari Tali Daur Ulang
BACA JUGA:BRI Perkuat Aksi Daur Ulang Limbah dan Reduksi Emisi dalam Operasional Perusahaan

PABLE WAREHOUSE menjadi ajang pamer produk ramah lingkungan pada Minggu, 9 November 2025. -- Pable
Pabtex, merek produk tekstil Pable, bersertifikasi Recycled Claim Standard (RCS) 100. Pada laman resmi Akepa, tertulis bahwa RCS 100 diberikan kepada produk yang mengandung 95-100 persen bahan daur ulang.
Sertifikat itu membuktikan keseriusan Pable dalam menyeimbangkan kegiatan produksi dengan misi konservasi lingkungan.
Selama 5 tahun terakhir, Pable menjalin kolaborasi dengan pengrajin lokal, produsen skala kecil, perusahaan, dan komunitas. Kolaborasi itu sekaligus membagikan nilai-nilai yang Pable anut, seperti desain yang mindful.
BACA JUGA:Raksasa Perhiasan Global Manfaatkan Logam Daur Ulang untuk Kurangi Jejak Karbon
BACA JUGA:Soap for Hope Ajarkan Siswa SD Mendaur Ulang Sabun Hotel
Minggu itu, Pable melangsungkan gelar wicara dengan ChopValue, yang mendaur ulang sumpit kayu menjadi furnitur. Perusahaan asal Kanada itu mengumpulkan sampah sumpit alias sumpit bekas.
"Di masa mendatang, Bumi tidak akan mampu lagi menampung sampah manusia. Kalau kita pakai bahan baru dengan menebang pohon, ini akan mengganggu keseimbangan alam. Butuh puluhan tahun agar pohon itu tumbuh kembali,” ungkap Linda Umar, general manager ChopValue Bali, kepada Harian Disway.
Felix Bock, pendiri ChopValue, mengaku pernah menerapkan program berskala regional untuk mengatasi limbah kayu perkotaan. "Namun, program seperti itu tidak digubris," tulisnya seperti tercantum di laman resmi ChopValue.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: