Rancang Maket Gubeng, Mahasiswa Petra Hadirkan Konsep Walkable City dalam 30 Tahun ke Depan
Mahasiswa PCU berkolaborasi dengan mahasiswa Silpakorn University untuk membuat rancangan Gubeng dan Bangkok 30 tahun mendatang. - Tirtha Nirwana Sidik - Harian Disway
Konsep areanya melibatkan lingkungan yang sarat hunian, area komersial, fasilitas kesehatan, dan ruang terbuka hijau yang terintegrasi.
Karya-karya tersebut dilombakan secara hybrid dengan mendatangkan juri-juri internasional dari Chulalangkorn University (Thailand), Tunghai University (Taiwan), dan profesional urban designer yang alumni Petra.
Durasi pengerjaan proyek makan waktu 16 minggu. Selama 10 minggu pertama, mahasiswa berdiskusi dan merancang konsep. Enam minggu berikutnya adalah tahap eksekusi dan finalisasi.
BACA JUGA:PCU Luncurkan Magister Desain untuk Cetak Inovator Phygital Masa Depan
BACA JUGA:Siap Cetak Dokter Gigi Masa Depan, FKG PCU Dilengkapi Fasilitas Canggih dan Kurikulum Inovatif
Kolaborasi dua negara itu juga menjadi pengalaman yang seru dan menantang. Apalagi, tim sempat mengalami gempa saat visit ke Bangkok dan merasakan demonstrasi besar-besaran di Surabaya pada Agustus 2025.
Rully berharap, kolaborasi internasional yang sudah berjalan selama empat tahun berturut-turut tersebut bisa memberikan dampak positif bagi arsitektur di masa depan.
“Kami tidak hanya mendidik, tetapi juga mempersiapkan profesi arsitek yang cakap lintas negara serta artificial intelligence (AI) untuk menguatkan dan memvisualisasikan image yang dibayangkan arsitek," imbuh Rully.
Meski terlihat mudah karena menggunakan AI untuk memvisualisasikan desain tata kota, mahasiswa tetap melakukan riset yang mendalam. Seperti mencari literatur ilmiah, sumber sejarah, survei, dan riset prompt.
BACA JUGA:Dosen PCU Komentari #KaburAjaDulu, Wujud Keresahan Anak Muda, Antara Realita dan Harapan
BACA JUGA:Screening Dokumenter Mahasiswa PCU di CGV Surabaya, Usung Tema Yang Terpinggirkan
“Pada dua minggu pertama, mereka harus menganalisis visi dan kemungkinan untuk merancang desain yang cocok untuk 30 tahun ke depan. Untuk prompting AI itu, butuh beberapa kali percobaan,” terang Rully yang juga dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan itu.
Putri Febriyanti Setyadjie, mahasiswa Petra yang merancang wilayah Kayoon, mengatakan bahwa sempat ada kesulitan komunikasi selama pengerjaan proyek maket itu dengan mahasiswa Bangkok.
“Tetapi, akhirnya saat bisa bertemu langsung, komunikasinya jadi mudah. Dalam proyek ini, kita harus merancang bangunan di tepi sungai ini agar fungsinya bisa tercapai dengan tepat dan membangun area hijau," ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa realisasi project akan menarik karena orang-orang Surabaya akan kemudian bisa nongkrong. "Tidak hanya main ke pasar bunga Kayoon saja,” tandas Putri. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: