Cheng Yu Pilihan Dosen Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Surabaya Yogi Bagus Adhimas: He Guang Tong Chen
YOGI BAGUS ADHIMAS yang sehari-hari adalah dosen Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa meyakini he guang tong chen sebagai pedoman hidup.--Dokumentasi Pribadi
HARIAN DISWAY - Yogi Bagus Adhimas begitu menyukai pepatah “和光同尘” (hé guāng tóng chén). Terjemahan harfiah pepatah tersebut adalah bersatu dengan cahaya, bercampur dengan debu.
“Itu melukiskan orang bijak. Ia tidak memisahkan diri dari dunia, mau turun ke debu, dan mau hidup bersama semuanya. Ia juga merendah dan tidak menonjolkan diri, seolah meredam cahaya pribadi untuk menyatu dengan debu kehidupan duniawi,” terang dosen Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Surabaya tersebut.
Ia menjadikan adagium itu sebagai moto hidupnya karena yakin bahwa setiap orang memiliki garis kehidupan masing-masing, dengan keahlian dan peran yang unik. Yang membedakan bukanlah status, jabatan, atau penampilan luarnya, melainkan manfaatnya bagi yang lain.
“Seorang boleh saja selalu berpakaian rapi, wangi, dan kita perlu menghormatinya, asalkan ia bermanfaat bagi banyak orang. Begitu pula seorang yang lebih sering berpeluh, tangannya kotor oleh tanah dan kerja, juga tetap bisa kita hormati bila dia bermanfaat bagi banyak orang,” ujar Yogi.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Surabaya (Ubaya) Go Lisanawati: Biao Li Ru Yi
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FISIP Universitas Airlangga A. Safril Mubah: Zuo Shan Jiang Xiang
Sayangnya, menurut Yogi, kenyataan hari ini jauh dari ideal. Dunia sering menilai dari yang tampak luar, bukan dari substansi.
“Tapi siapa yang bisa menahan harapan? Maka bagi saya, cheng yu ini menjadi simbol dari harapan itu sendiri. Bahwa siapa pun, dari latar belakang apa pun, jika ia bermanfaat bagi banyak orang, maka ia bagaikan cahaya,” kata Yogi.
Makanya, ia berharap, orang-orang yang memiliki kebermanfaatan besar bagi orang banyak, bisa meniru matahari. Yakni, menerangi tanpa meminta imbalan, menyinari tanpa memilih. Untuk itulah, sikap rendah hati mestinya bukan sekadar pilihan, tapi jalan hidup.
“Karena ketika seseorang telah bermanfaat, dan di saat yang sama menjaga keluhuran budi, maka ia bukan hanya bisa menerangi sesama, tetapi ia pasti akan rela turun ke selokan untuk menyelamatkan orang lain. Kendati begitu, pada akhirnya dia tetap bernilai sebagai cahaya yang bersih. Kalaupun ada goresan lumpur, itu akan menjadi corak keindahan,” pungkas Yogi. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: