Pengaruh Budaya Korea Asing terhadap Keberlangsungan Budaya Lokal dan Pendidikan Karakter di Indonesia
BUDAYA Korea yang sudah merasuki anak muda Indonesia.-Korea.net-
Bagi tenaga pendidik, implikasi ini menuntut pendekatan holistik. Integrasi media digital dalam kurikulum, seperti kelas literasi budaya, dapat membantu remaja membedakan pengaruh positif dan negatif. Mahasiswa dan masyarakat juga berperan, misalnya melalui komunitas yang mempromosikan budaya lokal berbasis digital.
Strategi Mitigasi dan Rekomendasi
Untuk mengimbangi pengaruh budaya Korea, diperlukan strategi yang bersifat multifaset. Pertama, kebijakan pemerintah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dapat memperkuat regulasi terkait impor konten asing sekaligus mendorong produksi konten lokal yang berkualitas tinggi. Program seperti "Indonesia Banget" di TVRI dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memasukkan elemen hibrida guna menarik minat remaja.
Kedua, peran pendidikan. Guru dan dosen disarankan mengadopsi metode blended learning, di mana K-Pop dimanfaatkan sebagai media untuk mengajarkan nilai-nilai karakter. Pelaksanaan workshop literasi media bagi orang tua dan masyarakat dapat menjadi langkah preventif terhadap dampak negatif, seperti kecanduan terhadap platform streaming.
Ketiga, kolaborasi industri. Pemerintah dapat mendorong kemitraan antara perusahaan Korea dan kreator Indonesia, misalnya dalam bentuk co-produksi drama yang mengintegrasikan elemen budaya lokal. Inisiatif seperti festival budaya hibrida di kota-kota besar juga dapat memperkuat identitas nasional.
Akhirnya, masyarakat—termasuk kalangan mahasiswa—harus aktif melakukan advokasi. Kampanye di media sosial yang mengusung tema "Proudly Indonesian" dapat menjadi gerakan dari bawah (bottom-up) untuk melestarikan budaya lokal.
Pengaruh budaya pop Korea terhadap remaja Indonesia merupakan fenomena yang bersifat dualistik: di satu sisi, membuka peluang untuk penerobosan globalisasi, namun di sisi lain, mengancam keberlangsungan budaya lokal serta pendidikan karakter. Dengan perubahan gaya hidup yang begitu dinamis, diperlukan sikap proaktif dalam mengelola proses pencampuran budaya ini agar tidak menggerus pondasi nasional. Bagi kalangan mahasiswa, hal ini menjadi sebuah peluang riset yang mendalam; bagi masyarakat umum, perlu adanya peningkatan kesadaran kolektif; dan bagi tenaga pendidik, terletak tanggung jawab besar dalam membentuk generasi yang memiliki kebijaksanaan budaya. (*)
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: