Pengaruh Budaya Korea Asing terhadap Keberlangsungan Budaya Lokal dan Pendidikan Karakter di Indonesia
BUDAYA Korea yang sudah merasuki anak muda Indonesia.-Korea.net-

--
BUDAYA pop Korea, yang dikenal sebagai Hallyu, telah menjadi fenomena global yang tidak dapat dihindari di era globalisasi digital saat ini. Di Indonesia, gelombang K-Pop dan K-Drama tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan semata, melainkan juga sebagai kekuatan yang memengaruhi pola pikir dan perilaku generasi muda. Khususnya kalangan remaja Indonesia semakin terpengaruh oleh figur-figur idola seperti BTS, Blackpink, serta serial drama populer seperti Crash Landing on You.
Namun, di balik daya tarik tersebut, muncul pertanyaan penting: bagaimana pengaruh budaya asing ini terhadap keberlanjutan budaya lokal Indonesia? Selain itu, apa implikasinya terhadap pendidikan karakter yang menjadi landasan pembentukan identitas nasional?
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dampak budaya pop Korea terhadap perubahan gaya hidup remaja Indonesia, serta implikasinya terhadap pelestarian budaya lokal dan pendidikan karakter. Ditujukan kepada kalangan mahasiswa, masyarakat luas, dan tenaga pendidik, pembahasan ini hendak memberikan wawasan komprehensif untuk memahami dinamika budaya kontemporer. Dengan pendekatan yang formal dan berbasis data empiris, artikel ini akan mengkaji berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Dampak Budaya Pop Korea terhadap Gaya Hidup Remaja Indonesia
Budaya pop Korea mulai memasuki Indonesia sejak awal tahun 2000-an. Dipercepat oleh kemajuan platform streaming seperti Netflix dan YouTube, serta oleh komunitas penggemar (fandom) yang aktif di media sosial.
Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, lebih dari 60% remaja berusia 15-19 tahun di wilayah perkotaan mengaku terpengaruh oleh K-Pop dalam aspek mode dan gaya hidup. Fenomena ini tidak hanya bersifat permukaan, melainkan telah meresap ke dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA:K-Pop dan Masifnya Setan Kapitalisasi Budaya Korea
BACA JUGA:Member Enhypen Ikut Rapat Parlemen, Bahas Ekspor Konten Budaya Korea
Pertama, terdapat perubahan dalam hal penampilan dan gaya berpakaian. Remaja Indonesia kini mengadopsi gaya "aegyo" (imut dan feminin) maupun "flower boy" (maskulin lembut) yang dipopulerkan oleh para idola K-Pop.
Tokoh seperti Jennie dari Blackpink telah menjadi ikon, yang mendorong tren kosmetik Korea mendominasi pasar e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia. Sebuah penelitian dari Universitas Indonesia (2021) menemukan bahwa 45% siswi SMA di Jakarta mengubah kebiasaan berpakaian mereka untuk meniru selebritas Korea, yang sering kali menonjolkan estetika sempurna dengan berlebihan. Fenomena ini memberikan dampak positif dalam menstimulasi kreativitas, tetapi juga menimbulkan tekanan psikologis, seperti body shaming dan kecemasan mengenai penampilan.
Kedua, terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan bahasa dan komunikasi. Kosakata Korea seperti "oppa", "unnie", dan "fighting" telah menjadi bagian dari bahasa gaul remaja Indonesia. Di lingkungan sekolah, para siswa sering menggunakan istilah-istilah tersebut dalam percakapan sehari-hari, serta mengikuti tutorial bahasa Korea melalui platform TikTok.
Penelitian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2023 menunjukkan bahwa 70% remaja di Jawa Barat belajar bahasa Korea secara mandiri karena pengaruh K-Drama. Hal ini tentunya memperkaya kemampuan linguistik mereka, namun di sisi lain berpotensi mengikis penggunaan bahasa daerah seperti Jawa dan Sunda, yang keberadaannya mulai tergerus di kalangan generasi Z.
BACA JUGA:Sinopsis Film Korea The First Ride, Liburan Bareng Sahabat Penuh Tawa dan Kekacauan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: