Great Detachment: Kerja Jalan, Hati Diam
ILUSTRASI Great Detachment: Kerja Jalan, Hati Diam.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Tantangannya kini tidak menambah aturan, tetapi memastikan kebijakan benar-benar solutif, hidup di ruang kerja sehari-hari. Kita butuh ekosistem yang tidak hanya tertib secara administratif, tetapi juga manusiawi, memberikan ruang untuk tumbuh, dan tetap adil.
Negara lain pun sedang mencari caranya sendiri. Finlandia mulai memasukkan sesi refleksi dalam rutinitas kerja. Jepang memberikan ruang fleksibilitas untuk menjaga keseimbangan batin. Mereka tidak lebih baik, mereka hanya sama-sama belajar menjaga manusia tetap utuh di tengah disrupsi. Kita pun bisa belajar tanpa harus meniru seluruhnya.
Indonesia sebenarnya punya kekuatan yang tidak selalu disadari: kehangatan relasi. Kita terbiasa menyapa, berbagi cerita, atau sekadar minum kopi bersama. Hal-hal kecil seperti itu sering lebih menyegarkan daripada seminar motivasi seharian. Kehangatan seperti itu membuat kita merasa terhubung dengan pekerjaan, dengan rekan, dan dengan diri sendiri.
Kita tidak perlu mencari kambing hitam. Dunia memang berubah dan kita ikut berubah. Kita hanya butuh ruang untuk mengendapkan semuanya, memahami ritme baru, dan menemukan kembali alasan mengapa kita bangun pagi dan tetap memilih hadir di ruang kerja.
Pada akhirnya, fenomena itu tidak hanya dirasakan pekerja, tetapi juga terlihat dari dampaknya pada organisasi. Ketika keterlibatan melemah, energi kolektif ruang kerja ikut merosot.
Artikel dari Forbes yang ditulis Luciana Paulise pada 2 Oktober 2024 mencatat bahwa fenomena great detachment berdampak pada ”hurting productivity, innovation, and overall job satisfaction”, sebuah tanda bahwa jarak batin bukan isu pribadi saja, melainkan persoalan banyak hal. Persoalan bisnis, kinerja, bahkan sekarang menjadi persoalan bangsa dan negara.
Peran pemberi kerja menjadi sangat penting, tidak untuk menekan lebih keras, tetapi menciptakan suasana yang memulihkan hubungan manusia dengan pekerjaannya. Kinerja sering tumbuh dari lingkungan yang memberikan makna.
Ketika tempat kerja mampu menjaga itu, pekerjaan berjalan bukan hanya di atas kertas, tetapi juga di dalam diri orang-orang yang menjalaninya.
Kita mungkin tidak bisa mengubah segalanya sekaligus. Tapi, kita bisa mulai dari hal-hal sederhana: percakapan yang jujur, apresiasi yang tulus, dan jeda kecil yang tidak perlu izin. Hal-hal itu membuat jarak antara kerja dan hati tidak makin lebar.
Jika suatu hari kita duduk kembali di depan meja kerja dan merasa hadir sepenuhnya, mungkin itu bukan kebetulan. Barangkali itu buah dari upaya kecil yang kita lakukan bersama. Kerja jalan, hati ikut berjalan. Tidak harus sempurna, cukup hangat dan jernih.
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak membebani seseorang melampaui kesanggupannya (Q.S. Al-Baqarah:286). Ayat suci tersebut terasa begitu menyentuh hari ini. Ketika ruang kerja menghormati batas manusia, langkah orang-orang di dalamnya menjadi lebih ringan.
Mungkin dari hal-hal kecil seperti itu, kita belajar bahwa pekerjaan bukan hanya soal hasil, melainkan juga tentang menjaga agar tubuh bekerja tanpa membuat hati tertinggal. Stay relevant! (*)
*) Bagus Suminar adalah wakil ketua ICMI Jatim dan tim Litbang Persyada Al Haromain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: