Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (103): Jurnalisme Membangun ala Tiongkok
KULIAH JURNALISME oleh Profesor Zhang Yangqiu di Beijing, 1 Desember 2025.-Doan Widhiandono-
Prof Zhang mengajak kami melihat tubuh berita secara lebih utuh. Media, menurutnya, tidak cukup hanya melaporkan apa yang salah. Ia harus membantu publik memahami bagaimana sebuah masalah bisa diperbaiki.
Tiga prinsipnya sederhana, tetapi memerlukan disiplin untuk dijalankan.
Pertama, jurnalisme harus fokus pada solusi—solution-focused reporting. Bukan berarti menutup-nutupi masalah. Justru sebaliknya: masalah diurai sampai ke akar, kemudian dicari praktik baik yang teruji, kebijakan yang efektif, atau inovasi sosial yang sudah bekerja di tempat lain.

SEJARAH PEMBANGUNAN Desa Sanhe, Provinsi Sichuan, disampaikan kepada para jurnalis CIPCC, Oktober 2025.-Doan Widhiandono-
Kedua, media harus memperkaya konteks agar audiens makin cerdas, bukan sekadar makin tahu. Masyarakat hari ini sudah kebanjiran fakta. Sumber informasi ada di mana-mana. Yang langka adalah jurnalisme yang mampu menjelaskan hubungan sebab-akibat, mengurai lintasan sejarah, dan menempatkan sebuah isu ke dalam kerangka besar.
Ketiga, konstruktif berarti komprehensif. Sebuah isu tidak pernah tunggal. Ia memiliki akar politik, implikasi ekonomi, dimensi sosial, dan konsekuensi budaya. Jurnalisme yang baik tidak berhenti pada titik ledaknya masalah, tetapi menelusuri ruang gerak yang mungkin. Di situlah perbedaan besar dengan jurnalisme problem-oriented yang hanya bertahan pada sisi gelap.
Penjelasan itu tidak dimaksudkan untuk mempromosikan model Tiongkok. “Kami tidak meminta negara lain meniru,” katanya. “Kami hanya menunjukkan bahwa setiap negara punya desain media yang lahir dari kebutuhannya sendiri.”
Tentu, diskusi menjadi seru. Sebab, banyak peserta program CIPCC adalah jurnalis senior dengan masa kerja belasan tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: