Kasus Bocah SD Bunuh Ibu Kandung di Medan: Medsos Viral, Polisi Teguh

Kasus Bocah SD Bunuh Ibu Kandung di Medan: Medsos Viral, Polisi Teguh

ILUSTRASI Kasus Bocah SD Bunuh Ibu Kandung di Medan: Medsos Viral, Polisi Teguh.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Aspirasi keluarga korban, wajar. Tidak percaya bahwa anak cantik kelas VI SD mengamuk membabi buta seperti itu terhadap ibunyi, wajar. Sekaligus kasihan terhadap pelaku. 

Anak itu masih kecil. Masih punya masa depan panjang, bisa jadi orang berguna bagi bangsa dan keluarganyi. Kini dia akan menjalani sanksi hukum, yang entah berapa tahun dipenjara. Menyedihkan. 

Wajar pula, pihak keluarga Faizah mencurigai Alham yang kata Dimas, Alham menawarkan cerai karena ia ketahuan selingkuh, dan Faizah menolak cerai. Sebab, ortunyi bercerai dan dia menderita. Dia tidak ingin anak-anaknyi menderita seperti dia. Sebab itu, Alham dicurigai Dimas.

Wajar juga, dalam pemikiran Dimas, tebersit bahwa ”lebih baik” Alham jadi tersangka daripada AI yang masa depannyi terbentang panjang dan lebar. 

Namun, fakta hukum tidak pernah berpijak pada ”kasihan”. Fakta hukum berpijak sepenuhnya pada bukti-bukti hukum yang ditemukan penyidik dari berbagai fragmen penyidikan. Fakta hukum melibas siapa pun yang melanggar hukum. Boleh ditafsirkan kejam. Memang begitu adanya.

Bagi masyarakat pemerhati kasus itu, mungkin punya persepsi campur aduk. Antara kasihan kepada korban, kasihan kepada pelaku, kasihan kepada keluarga itu, menyayangkan hal itu terjadi, mencari tahu mengapa itu terjadi? Dan, paling menyedihkan, ngeri… 

Bisa jadi, merujuk kasus itu orang tua lebih teliti terhadap anak perempuan mereka. Berjaga-jaga. Apakah anak perempuan mereka punya tanda-tanda seperti AI? Mendadak mengamuk menggila? 

Sisi positifnya, mereka akan merawat-mendidik anak-anak dengan sebaik mereka bisa lakukan. Total. Seharusnya, menurut nilai sosial universal, selayaknya ortu jadi perawat pendidik terbaik bagi anak-anak mereka.

Terus, mengapa bisa ada anak seperti AI? Apa tanda-tandanya? Mengapa bisa begitu? Apa yang perlu dilakukan ortu untuk mencegah hal negatif? 

Pastinya, polisi tidak melakukan riset kriminologi terhadap AI. Polisi penegak hukum. Siapa yang melanggar hukum disanksi hukum. Pasca kejadian. Bukan sebelum kejadian. 

Riset kriminologi cuma dilakukan ilmuwan. Risetnya sangat bermanfaat bagi publik. Sebagai antisipasi. 

Sayang, kriminolog Indonesia terlalu malas melakukan riset dari begitu banyak kasus kriminal di Indonesia. Kita rugi punya banyak kriminolog yang kemudian, misalnya, jadi pegawai HRD suatu perusahaan, katakanlah, di bank.

Dikutip dari koran The New York Times, terbitan 11 Oktober 1983, berjudul Children Who Kill: Personality Patern are Identified, karya Bryce Nelson, kasus anak membunuh ortu, banyak di New York, Amerika Serikat (AS). Umumnya anak laki-laki.

Disebutkan (waktu terbitan koran itu) seorang bocah laki-laki berusia 7 tahun dari Queens, New York City, didakwa membunuh seorang bocah berusia 2 tahun dengan melemparkannya dari atap rumah.

Ada lagi, seorang bocah laki-laki berusia 13 tahun di Nassau County, di barat Long Island, New York, mengaku tanpa emosi bahwa ia menembak mati ibu kandungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: