Rumah yang Tak Pernah Pindah

Hari Ibu seharusnya bukan seremoni. Bukan sekadar unggahan foto lama atau ucapan manis yang sebentar hilang. Hari Ibu adalah momen untuk menanyakan satu hal sederhana yaitu “Apakah saya sudah membalas cinta ibu dengan perilaku yang membuatnya tenang?” 

Jika belum, berhentilah sejenak. Teleponlah. Peluklah. Dengarkan. Jangan menunggu momen besar, ibu tidak menginginkan itu.Yang ia tunggu selalu sama yaitu keberadaan kita. Karena pada akhirnya, rumah bukanlah bangunan. 

Rumah adalah seseorang. Dan dalam hidup kebanyakan dari kita,rumah itu bernama Ibu. Semoga Hari Ibu ini menjadi pengingat bahwa kita tidak abadi, dan ibu pun tidak. Maka jadilah alasan ia tersenyum hari ini sebelum waktu mengambil kesempatan itu dari kita. (*)

*) Hadi Asrori, mahasiswa S-2 ilmu linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga.

*) Dika Prestiawan, mahasiswa S-2 ilmu linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga.

 

Sumber: