Siang kemarin, rumah mereka lengang. Hanya ada Indriyanti, menantu kedua dari Nura’i dan Mujiana. Dia sibuk menidurkan kedua anaknyi yang sedang rewel.
Sementara burung-burung peliharaan bapak mertuanyi masih di salam sangkar. Begitu juga dengan kendaraan angkotnya. Terparkir di halaman tetangga. ”Bapak itu sopir angkot. Tapi, sudah lama gak narik,” katanyi.
Warga Benowo mengerubungi ambulans yang membawa korban kecelakaan Tol Sumo yang selamat. -BOY Slamet-Harian Disway-
Warga Benowo mengerubungi ambulans yang membawa korban kecelakaan Tol Sumo yang selamat. -BOY Slamet-Harian Disway-
Indriyanti juga membenarkan kabar itu. Bahwa pelesir ke Malang Selatan memang agenda bapak mertuanya. Menggratiskan bagi warga yang ingin ikut. Sebagai bentuk syukuran karena ada rezeki lebih.
Awalnya diniatkan untuk mengajak kalangan keluarga sendiri. Namun, karena tak banyak yang ikut akhirnya Nura’i mengajak para tetangga. Rombongan berangkat dengan bus yang berbeda dengan bus yang mengalami kecelakaan itu.
”Banner-nya juga beda. Kalau yang ke Malang memang pakai banner Pecel Awe-Awe,” katanyi. Ya, Pecel Awe-Awe itu merupakan nama warung makan milik ibu mertuanyi, Mujiana. Berlokasi di depan RSI Benowo. Meski begitu, banner Pecel Awe-Awe tetap dibawa saat pelesir ke Dieng yang berujung maut tersebut.
Warung pecel itu terkenal cukup laris. Punya banyak langganan. Biasanya, Mujiana dan Nita yang meladeni para pembeli. Hingga larut malam.
Namun, kebiasaan itu bakal hilang. Mujiana terpaksa bakal berjualan sendiri. Karena putri kesayangan yang membantunyi itu telah meninggal. Nita pergi ke keabadian bersama sang suami tepat saat kecelakaan maut terjadi. (Mohamad Nur Khotib)